Nabi Nuh 'alaihissalam memiliki sejumlah cucu dan salah satunya bernama Kush. Darinya, lahir seorang putra bernama Namrud atau Nimrod, yang artinya dia adalah cicit Nabi Nuh AS. Meski cicit Nabi Nuh, Namrud membawa jejak sejarah yang buruk.
Setelah banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh, muncullah peradaban Babilonia, yang berada di bawah kekuasaan Kush, cucu Nabi Nuh tersebut. Adapun Nimrod, putranya, bercita-cita untuk mengendalikan dunia melalui sihir.
Dia berusaha belajar sihir dari Setan, dan sepakat untuk menjual jiwanya dengan imbalan sihir dan kekuatan. Setelah memperoleh kekuatan sihir, Nimrod membunuh ayahnya, Kush, dan mulai memerintah Babilonia.
Namrud memakai mahkota yang diberikan kepadanya oleh salah satu raja jin. Ini menjadikan dirinya orang pertama yang memakai mahkota iblis. Kebijakan penyihir ini sangat keras, karena ia memaksa penduduk Babilonia untuk membangun sebuah menara yang tidak dapat didaki oleh siapa pun kecuali dalam waktu satu tahun penuh. Namrud inilah yang akan berhadapan dengan Nabi Ibrahim 'alaihissalam.
Dalam buku-buku Yahudi seperti Talmud, Midrash, dan History of Josephus, Namrud dikaitkan dengan karakter Raja Imrafil. Dalam Kitab Yobel disebutkan bahwa Namrud adalah salah satu nenek moyang Ibrahim. Kitab Yobel atau Kitab Yubileum adalah karya keagamaan Yahudi kuno yang terdiri dari 50 pasal.
Adapun dalam History of Josephus, yang merujuk pada penulisnya dengan nama yang sama, dijelaskan bahwa Namrud adalah orang yang membangun Menara Babel, dan penantang penyembahan Tuhan yang dibawa oleh Nabi Ibrahim.
Ulama Tafsir Ath Tabari dan banyak ulama tafsir lainnya, juga membenarkan Namrud adalah raja yang kejam di muka bumi dan menentang Tuhan di hadapan Nabi Ibrahim.
Merujuk pada literatur bangsa Israil dan buku-buku klasik Yahudi lainnya, Namrud adalah orang pertama yang mempelajari sihir. Perjanjian Namrud dengan Setan adalah menjual jiwanya sebagai imbalan untuk mengajarinya ilmu-ilmu hitam.
Dia yakin tidak akan mendapatkan kekuasaannya di muka bumi kecuali dia menjadi raja yang paling berkuasa. Kejahatan pertama yang dia lakukan setelah mempelajari semua ilmu setan adalah dengan membunuh ayahnya, Kush, untuk bisa berkuasa. Dikatakan juga bahwa dia membunuhnya sebagai pengorbanan kepada Setan.
Kemudian setan meletakkan mahkota di kepala Namrud seperti raja-raja jin. Dia menyatakan bahwa ia adalah tuhan di hadapan rakyatnya, dan memerintahkan mereka untuk membangun sebuah menara besar yang akan memakan waktu satu tahun penuh untuk dinaiki, yang dikenal sebagai Menara Babel. Dalam Kitab Yobel, dan diakui oleh sejumlah sejarawan seperti Al-Maqrizi, dikatakan bahwa tujuan Namrud membangun Menara Babel adalah untuk menjadi tuhan.
Setelah itu, Namrud mulai memaksa rakyatnya untuk mengakui keilahiannya dengan bertanya kepada mereka: Siapakah Tuhanmu? Ini terjadi setiap kali mereka mendatanginya untuk mendapatkan bagian makanan. Siapapun yang mengaku bahwa ada tuhan selain dirinya, maka dia akan dilarang makan.
Beberapa referensi Yahudi membenarkan soal mahkota Namrud yang berasal dari raja-raja jin. Namun literatur sejarah Yahudi membicarakan kisah kehancurannya dengan cara yang sama sekali berbeda. Disebutkan di dalamnya bahwa setan mengirim sebuah pesan kepada Namrud. Pesannya tertulis, "Kau harus memberi makan mulut yang kosong dan lapar dari waktu ke waktu, karena jika mereka tidak menemukan kepala untuk dimakan, mereka akan melahap kepalamu sendiri."
Namrud meremehkan pesan tersebut, sehingga mulai merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya, lalu dua ekor ular besar masuk ke dalam dirinya dan mengelilingi tubuhnya serta meremas tulang rusuknya. Lalu ia mengeluarkan pedangnya dan memenggal kepala ular-ular itu, namun kepala-kepala itu tumbuh lagi.
Dia mengenakan abaya hitam lebar dan meminta tentaranya untuk membawakannya kepala semua anak di kerajaan agar dijadikan sebagai makanan untuk ikan paus. Di antara penduduk itu ada seorang lelaki miskin bernama Kawa yang bekerja sebagai pandai besi, dan beriman pada Nabi Ibrahim.
Tentara Namrud membantai kedua anaknya di depan matanya sendiri. Lalu Kawa pergi bersama sejumlah penduduk ke istana Namrud, dan mengancamnya untuk beriman kepada Tuhannya Nabi Ibrahim, Allah. Jika tidak, mereka akan membunuhnya.
Lantas Namrud mengumpulkan pasukan untuk melawan mereka. Namun Allah SWT mengirimkan pasukan lalat untuk melawannya dan membinasakannya. Kisah ini juga ditemukan di sejumlah buku sejarah Persia. Namun mereka menyebut Namrud sebagai Al-Dahhak atau Izdhak.
Adapun kisah pertemuan Namrud dengan Nabi Ibrahim, diabadikan dalam Alquran, sebagai berikut:
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
"Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim." (QS. Al Baqarah ayat 258)
Ayat tersebut menggambarkan Nabi Ibrahim yang meyakinkan Namrun bahwa Tuhannya adalah satu-satunya Tuhan di alam semesta ini dan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan hidup mereka. Namun Namrud menjawab bahwa dia juga bisa melakukan hal itu.