Umat Muslim kini telah memasuki bulan Syawal dalam kalender Hijriah.
Di bulan Syawal, umat Muslim diminta untuk memperkuat iman dengan menjalankan amalan-amalan sunnah.
Salah satu amalan sunnah di bulan Syawal adalah puasa.
Berbeda dengan puasa Ramadhan, puasa Syawal hukumnya sunnah.
Pelajari selengkapnya
Sebelum melaksanakan puasa Syawal, ada beberapa hal yang harus kamu ketahui.
Berikut ini bacaan niat, aturan hingga keutamaan puasa Syawal.
Lengkap dengan doa setelah sholat tahajud agar selalu diberi keberkahan oleh Allah SWT.
1. Niat
Bagi kamu yang ingin menjalankan puasa Syawal, tak harus mengucapkan niat pada malam hari atau saat sahur sebagaimana puasa Ramadhan.
Dilansir dari laman NU, niat puasa Syawal boleh-boleh saja diucapkan secara mendadak di pagi atau siang hari jika di malam hari lupa mengucapkannya.
Pelajari selengkapnya
Dengan catatan, hingga pagi atau siang itu ia belum makan atau minum dan melakukan hal-hal lain yang membatalkan puasa.
Niat tersebut cukup dilafalkan dalam hati, dan tidak perlu diucapkan secara lisan sudah dianggap sah.
Namun, jika ingin memantapkan niat puasa Syawal, maka berikut ini adalah niatnya:
Diucapkan malam hari:
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘ala yang artinya aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah ta’ala.
Diucapkan siang hari:
Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘ala yang artinya aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah ta’ala.
2. Aturan
Puasa Syawal hukumnya adalah sunah bagi yang mampu.
Sementara bagi orang yang masih memiliki tanggungan utang puasa wajib, misalnya puasa Ramadhan atau puasa nazar, maka hukumnya menjadi makruh, bahkan bisa jadi haram.
Pelajari selengkapnya
Hal itu berdasarkan penjelasan dari laman NU Online.
"Bagi mereka yang punya utang puasa Ramadhan karena uzur misalnya sakit, perjalanan jauh, atau lainnya status hukum berubah menjadi makruh. Namun, bagi mereka yang tak berpuasa Ramadhan karena kesengajaan, tanpa uzur, status hukum menjadi haram. Sebaiknya, tunaikanlah dulu puasa wajib, baru kemudian puasa sunnah Syawal," tulis keterangan di laman tersebut.
Hal senada juga diungkapkah Kepala Bidang Dakwah MUI Cholil Nafis.
Meski hukumnya makruh, namun seseorang bisa melakukan puasa Syawal terlebih dahulu, baru menyelesaikan utang puasa yang lainnya.
"Puasa Syawal (dulu), (utang) puasa Ramadhan-nya nanti mau dibayar di bulan-bulan berikutnya boleh. Mau puasa qadha/ganti juga boleh nanti setelah qadha baru kita puasa yang Syawal selama masih bulan Syawal," kata Cholil, Rabu (12/5/2021).
"Tapi tidak bisa digabungkan antara (niat) puasa Syawal sunah dengan mengganti," lanjutnya.
Kemudian, soal hari pelaksanaannya Cholil menyebut puasa Syawal sudah bisa dimulai sejak 2 Syawal atau hari-hari setelahnya, yang jelas tidak pada 1 Syawal.
"Iya bisa dimulai tanggal 2, kalau Lebaran belum bisa, karena kita haram berpuasa di hari Lebaran," jawab dia.
Terkait pelaksanaan puasa Syawal, apakah harus berturut-turut atau tidak, Cholil menjelaskan semua itu bisa dilakukan, tergantung preferensi dan kemampuan atau kondisi masing-masing.
"Puasa Syawal itu tidak harus berturut-turut, tapi kita punya tradisi (berpuasa Syawal) di tanggal 2-7 (Syawal) ya, sehingga di hari yang ke-8 kita menyebutnya dengan Lebaran ketupat," ungkap dia.
3. Keutamaan
Masih dari sumber yang sama, Imam Ibnu Rajab al-Hanbali menyebut terdapat 5 keutamaan menjalankan puasa Syawal seperti dikutip dari Kompas.com:
Puasa sunnah Syawal sebagai penyempurna puasa Ramadhan;
Menyempurnakan pahala puasa, orang yang menjalankannya akan mendapat pahala seolah ia berpuasa setahun;
Membiasakan puasa setelah selesainya puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhan kita.
Puasa sunah Syawal sebagai tanda syukur kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas anugerah sepanjang Ramadhan
Melanjutkan kualitas dan kuantitas ibadah yang telah dilaksanakan pada bulan Ramadhan.
Doa Setelah Sholat Tahajud
Umat Muslim dianjurkan untuk melaksanakan sholat tahajud pada sepertiga malam.
Setelah itu, jangan lupa memanjatkan doa setelah sholat tahajud agar diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam segala urusan.
اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْححَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِييُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
Allahumma rabbana lakal hamdu anta qayyimus samawati wal ardhi wa man fii hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samawati wal ardhi wa man fii hinna. Wa lakal hamdu anta nurus samawati wal ardhi wa man fii hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa‘dukal haq. Wa liqa’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan naru haq. Wan nabiyyuna haq. Wa Muhammadun shallallahu ‘alaihi wasallama haq. Was sa‘atu haq.
Allahumma laka aslamtu. Wa bika amantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khashamtu. Wa ilaika hakamtu. Fagfirli ma qaddamtu, wa ma akhkhartu, wa ma asrartu, wa ma a‘lantu, wa ma anta a‘lamu bihi minni. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. La ilaha illa anta. Wa la haula, wa la quwwata illa billah.
Artinya, “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya.
Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian.
Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar.
Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku.
Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku.
Engkau Yang Mahaterdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)