Nilai tukar uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.913 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan, Jumat (5/4/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan dengan turun sebesar 0,13% atau 21 poin ke posisi Rp15.913 per dolar AS. Adapun indeks dolar terpantau naik 0,19% ke posisi 104,085.
Sejumlah mata uang Kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,16%, dolar Hong Kong menguat 0,01%, dan dolar Taiwan menguat 0,07%.
Sementara itu mata uang yang melemah adalah dolar Singapura 0,07%, won Korea turun 0,45%, peso Filipina melemah 0,27%, rupee India turun 0,01%, yuan China melemah 0,01%, ringgit Malaysia turun 0,09% dan baht Thailand melemah 0,15%.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksi perdagangan hari ini, Jumat (5/4/2024), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.880 - Rp15.930 per dolar AS.
Ibrahim menjelaskan Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal beragam mengenai penurunan suku bunga AS. Meskipun Powell mengatakan The Fed pada akhirnya akan memangkas suku bunga pada akhir tahun ini, ia hanya memberikan sedikit petunjuk mengenai waktu dan skala potensi pemotongan tersebut.
Powell juga mengatakan bank sentral akan membutuhkan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi bergerak menuju target tahunan sebesar 2%. Komentar Powell muncul tepat sebelum data utama nonfarm payrolls untuk bulan Maret, yang akan dirilis pada hari Jumat.
Selain itu, sejumlah pejabat tinggi Jepang telah memperingatkan pasar mengenai spekulasi terhadap yen, dan bahwa mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk menurunkan pasangan USDJPY. Pelanggaran terhadap 152 telah menarik intervensi tingkat tinggi oleh pemerintah Jepang pada tahun 2022.
Di sisi lain, posisi cadangan devisa Indonesia pada Maret 2024 diperkirakan semakin menciut. Ini melanjutkan penurunan cadangan devisa pada Februari 2024 lalu. Cadangan devisa pada Maret 2024 diperkirakan berada di level US$143 miliar. Posisi ini turun dari cadangan devisa pada Februari 2024 yang mencapai US$144 miliar.
Turunnya cadangan devisa tersebut disebabkan oleh masih melambatnya ekspor komoditas utama RI, pembayaran utang luar negeri pemerintah dan sejalan sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang sudah mendekati Rp 16.000 per dolar AS.
“Sementara itu, untuk semester II 2024, perkembangan nilai tukar rupiah diperkirakan lebih baik, dengan adanya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang juga akan diikuti penurunan permintaan terhadap dolar AS,” kata Ibrahim dalam riset harian.