PERTEMPURAN antara Pasukan Pertahanan Israel atau IDF dan kelompok militan Hamas di dan sekitar Gaza terus berlanjut hingga saat. Jumlah korban tewas terus meningkat.
Pemerintah Israel memperkirakan serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.200 orang di Israel. Sejak itu, kedua belah pihak saling menembakkan rudal dan roket, mortir, dan senjata lainnya. Menurut data PBB, rudal dan bom Israel telah menewaskan lebih dari 25.000 orang di Gaza. Hamas telah meluncurkan lebih dari 13.000 roket dan mortir ke Israel dan menawaskan 189 tentara Israel.
Pertanyaanya, dari mana Hamas memperoleh senjata? Wilayah itu telah bertahun-tahun diblokade Isarel.
Dari Iran dan Pasar Gelap
Dalam merespons blokade Israel, Hamas membangun kompleks terowongan yang rumit dan luas di bawah Jalur Gaza dan melintasi perbatasan Mesir. Hamas mendapatkan sebagian besar senjatanya dari Iran. Senjata-senjata tersebut diangkut melalui Mesir dan diselundupkan ke Gaza melalui terowongan.
Namun senjata Hamas juga mencakup senapan serbu AK-47 dari China dan Rusia, serta granat berpeluncur roket atau RPG yang diproduksi di Korea Utara dan Bulgaria.
Dalam dunia perdagangan senjata global yang rumit dan tidak selalu jelas, sulit untuk menentukan siapa yang menjual senjata kepada siapa. Senjata yang diproduksi di suatu negara bisa sampai ke tangan Hamas melalui satu atau lebih negara perantara.
Seperti barang-barang nonmiliter, persenjataan tiruan juga merupakan bagian dari bisnis senjata. Para tetempur Hamas menggunakan berbagai desain senjata dari era Soviet yang telah disalin dan diproduksi oleh China dan Iran.
Hamas bahkan memproduksi beberapa senjata di Gaza. Pabrik-pabrik lokal, beberapa di antaranya berada di dalam terowongan bawah tanah, memproduksi mortir, roket, senapan, dan peluru.
Beberapa negara, seperti Rusia, memberikan izin kepada Hamas untuk meniru produk mereka. Iran melatih para insinyur yang berbasis di Gaza tentang teknik desain dan produksi.
Dari Israel
Ironisnya, ketika militer Israel menghancurkan bangunan dan peralatan di Gaza, material dari reruntuhan tersebut didaur ulang oleh pabrik-pabrik milik Hamas menjadi senjata.
Yang lebih ironis lagi, Hamas menggunakan senjata-senjata dari Israel, baik yang mereka curi dari gudang-gundang persenjataan Israel atau dari hasil proses daur ulang rongsokan senjata atau alat perang Israel yang ditinggalkan di Gaza pada perang-perang sebelumnya.
Sebuah laporan terbaru New York Times menyebutkan, senjata-senjata yang digunakan pasukan Israel untuk menegakkan blokade di Jalur Gaza selama ini kini dipakai Hamas untuk melawan mereka. Banyak bom yang ditembak Israel ke Gaza pada perang atau konflik sebelumnya gagal meledak. Bom-bom itu oleh Hamas dibongkar, diolah lagi atau rakit jadi jadi roket dan ditembakkan lagi ke Israel.
Para pakar senjata mengatakan, sekitar 10 persen amunisi biasanya gagal meledak. Namun dalam kasus Israel, angkanya bisa lebih tinggi.
Persenjataan Israel mencakup rudal-rudal dari era Perang Vietnam, yang sudah lama dihentikan produksinya oleh Amerika Serikat (AS) dan kekuatan militer lainnya. Tingkat kegagalan beberapa rudal tersebut bisa mencapai 15 persen, kata seorang perwira intelijen Israel yang, kepada New York Times.
Bom-bom yang gagal meledak itulah yang kemudian dijadikan roket oleh Hamas, lalu ditembak lagi ke Israel.