Serangan bergelombang yang dilancarkan gerakan Hizbullah Lebanon ke wilayah pendudukan Israel sejak dilancarkannya agresi militer ke Gaza pasca-serangan 7 Oktober Hamas, diakui membuat Israel mengalami kekalahan strategis.
Kekalahan strategis itu berupa kosongnya wilayah utara Israel dari para pemukim Yahudi yang memilih mengungsi karena ancaman serangan Hizbullah.
Hal itu diungkapkan seorang analis militer Israel, Alon Ben David kepada Channel 13 stasiun televisi Israel.
"Hizbullah Lebanon, berhasil mengosongkan wilayah utara. Hizbullah, tanpa biaya besar, dan tanpa upaya yang begitu menguras tenaga, berhasil mengosongkan wilayah utara Israel dari penghuninya," kata dia dilansir PT mengutip wawancara tersebut, Jumat (29/3/2024).
Alon Ben David juga menyoroti lemahnya upaya pemerintah Israel mengatasi masalah yang ditimbulkan Hizbullah, termasuk mengembalikan para pemukim ke rumahnya.
"Kita harus bertanya bagaimana keamanan bisa dipulihkan di utara? Israel, tidak punya rencana untuk melakukan ini, mungkin saja pasukan Israel, melanjutkan permainan saling serang dengan Hizbullah, tapi sampai kapan pun itu tidak akan bisa memaksa Hizbullah mundur."
Baca juga: Pertempuran Hizbullah vs IDF Sengit di Lebanon Selatan, Permukiman Israel di Utara Kini Kosong
Sekjen Hizbullah Andal Pimpin Strategi
PT juga mengutip pernyataan analis militer Kanal 12 TV Israel, Nir Dvori yang menyoroti kepemimpinan ekjen Hizbullah, Hassan Nasrullah yang disa siratkan mampu mengendalikan serangan Hizbullah pada skala tertentu yang dia tetapkan ke wilayah Israel.
mengatakan, "Sekjen Hizbullah, Hassan Nasrullah, adalah orang yang memimpin, dan mengendalikan pertempuran dari sudut pandang strategis."
Ia menegaskan, para pemukim Israel, tidak akan pernah kembali ke rumah mereka di distrik-distrik utara Wilayah pendudukan.
"Setelah berlalu sekitar setengah tahun dari perang, Gelilea, berubah menjadi sebuah zona militer, dan kosong dari penghuni, tidak ada seorang pun yang bisa menyelesaikan masalah ini," ujar Nir Dvori.
Institut untuk Studi Keamanan Nasional Israel, INSS, beberapa waktu lalu mengabarkan, pengosongan distrik-distrik utara, dan selatan, di tengah operasi Badai Al Aqsa, adalah yang terbesar dalam bentuknya sejak Israel berdiri.
Imbangi Keganasan Israel
Sejauh ini, eskalasi pertempuran antara tentara pendudukan Israel (IDF) dan gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah masih dalam kategori serangan lintas-perbatasan.
Hasan Nasrallah, dalam sejumlah pidatonya menyebut, Hizbullah saat ini memang baru mengerahkan sebagian kecil kekuatannya, hanya untuk 'merongrong' Israel sehingga melemahkan agresinya ke Gaza dalam menghadapi milisi perlawanan Palestina.
Setiap serangan Israel ke Lebanon, kata dia, akan dibalas dengan tindakan yang sesuai.
Belakangan, Israel dan Hizbullah dilaporkan kian saling menyasar fasilitas jauh di dalam wilayah teritorial masing-masing.
Hizbullah dalam pernyataannya, Selasa (26/3/2024), berhasil membalas serangan udara Israel yang dilakukan di sejumlah kota di Lebanon Selatan, termasuk di Kota aal-Suwairi di Bekaa Barat dan Kota Baalbek.
Dilaporkan, serangan udara Israel menggukan drone itu menewaskan sejumlah anggota pasukan Hizbullah.
"Hizbullah menargetkan sejumlah situs penting Israel, untuk mendukung Palestina dan sebagai respons terhadap serangan IDF terhadap Lebanon dan warga sipil," lapor situs Al Mayadeen, Selasa.
Dalam penjelasannya, laporan itu mengatakan Hizbullah melancarkan serangkaian serangan terhadap situs dan pasukan militer Israel, termasuk serangan terhadap markas besar komando Israel dan pangkalan udara Meron yang menjadi kontrol Lalu Lintas Udara vital IDF.
Markas besar komando Israel yang dimaksud adalah Barak Militer Yarden. Sebagai catatan, serangan ke markas komando IDF ini menjadi yang pertama kalinya oleh Hizbullah sejak 7 Oktober 2023.
Laporan tersebut menyebut, markas IDF itu sejauh ini adalah lokasi militer terjauh di wilayah teritorial Israel yang dijangkau serangan Hizbullah.
"Hizbullah juga melakukan operasi sebagai tanggapan atas serangan terhadap warga sipil dan rumah mereka di Lebanon Selatan, termasuk serangan semalam terhadap Shomera dan Shlomi," tulis pernyataan Hizbullah dilansir Al Mayadeen.
Hizbullah juga melancarkan operasi tingkat tinggi dengan kembali menargetkan pangkalan udara Meron yang punya fungsi vital bagi lalu lintas Angkatan Udara Israel di Utara.
"Serangan sebagai balasan terhadap serangan pesawat tak berawak Israel terhadap aal-Suwairi di Bekaa Barat dan serangan terhadap kota Baalbek," kata pernyataan Hizbullah.
Tiga Anggota Tewas Kena Serangan Israel
Selain itu, Hizbullah juga mengumumkan berduka atas kematian tiga pejuangnya pada Selasa malam karena serangan udara Israel.
Ketiga anggota Hizbullah yang tewas itu adalah Ibrahim Nasser al-Din "Malak", dari kota Hermel, Ali Ratib al-Jawhari, dari kota Hermel, dan Ali Fawzi al-Akhras, "Abu Trab", dari kota Kfar Tibnit di Lebanon Selatan
Tadi malam, Hizbullah juga menyakan satu lagi anggotanya menjadi korban serangan Israel.
"Hizbullah berduka atas martir Hussein Ali Dbouk, "Abu Ali", dari kota Shabriha di Lebanon selatan," tulis pernyataan Hizbullah.
Serangan Terjauh ke Markas Komando di Wilayah Teritorial Israel
Diketahui, Hizbullah telah melancarkan serangan lintas-perbatasan Lebanon-Israel dalam klaimnya untuk mendukung rakyat Palestina dan Perlawanan mereka melawan agresi Israel di Jalur Gaza, sejak 8 Oktober 2023.
Serangan jarak dekat dan langsung terhadap situs, aset, dan pasukan militer Israel biasanya dilakukan datang dalam konteks ini, namun tak jarang serangan juga diluncurkan sebagai balasan terhadap agresi Israel di kota-kota perbatasan Lebanon.
Belakangan, komando militer Israel memperluas jangkauan sasarannya jauh ke dalam wilayah Lebanon, seperti kota Baalbeck.
Aksi Israel ini dibalas oleh Hizbullah juga dengan serangan yang tak kalah ganas, jauh ke dalam teritorial Israel.
"Hizbullah menanggapi eskalasi Israel tersebut dengan memperluas dan memperdalam serangannya terhadap situs militer Israel," tulis laporan Al Mayadeen.
Sebagian besar serangan, sebagai balasan terhadap eskalasi Israel, menargetkan situs militer Israel di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki, namun serangan terbaru Hizbullah menargetkan situs Israel yang paling dalam di wilayah yang sama.
Menurut kelompok tersebut, situs militer Yarden, juga dikenal sebagai Barak "Machne Yarden", adalah markas komando militer Israel saat masa perang Lebanon-Israel beberapa waktu lalu.
"Jika diukur dari titik terdekat dari garis penarikan mundur tentara Israel dari Lebanon, Kamp Yarden berjarak 17,6 km dari titik pembebasan terdekat," kata laporan tersebut menjelaskan kedalaman serangan Hizbullah di teritorial Israel.
"Saat serangan ini, para petempur Hizbullah diperkirakan menembakkan 50 roket dalam jumlah besar dari jarak yang lebih jauh, karena alasan logistik dan keamanan. Situs itu sendiri dibangun di atas lahan seluas sekitar 1 km persegi dari wilayah Suriah yang direbut dan menampung sejumlah unit yang berafiliasi dengan Komando Pusat militer Israel," tulis ulasan Al Mayadeen.
Di antara kekuatan tersebut adalah Unit Intelijen Lapangan Nitzan ke-636 Israel.
Perlu dicatat, dalam bahasa Ibrani, "Yarden" berhubungan dengan Yordania.
Menurut informasi yang tersedia untuk umum ini, serangan Hizbullah terbaru ini menandai serangan pertama terhadap situs militer Israel yang terkait dengan Komando Pusat Israel, bukan Komando Utara, yang bertanggung jawab untuk memimpin operasi di Front Utara dengan Lebanon.
Pangkalan Meron Kena Hajar Lagi
Secara rinci, operasi hari Selasa itu didahului oleh serangan presisi lainnya terhadap aset Israel di Pangkalan Kontrol Lalu Lintas Udara Meron.
Meron adalah fasilitas militer Israel yang menampung sejumlah sistem radar Israel berteknologi tinggi, termasuk sistem deteksi dini.
Israel secara optimal memanfaatkan keunggulan pangkalan tersebut karena ketinggiannya, yang memungkinkan pemindaian lengkap topografi di sebelah utara pangkalan tersebut.
Serangan Hizbullah terhadap Meron telah mengganggu kendali militer Israel atas pesawat militer, serta fungsi sistem anti-udara Israel.
Sejak serangan pertama terhadap "Meron", sistem anti-udara Israel mengalami kesulitan dalam mendeteksi objek yang terbang rendah, serta rudal jelajah yang diluncurkan oleh Perlawanan Islam di Irak terhadap sasaran di wilayah pendudukan.
Selain itu, serangan terhadap "Meron" menandai serangan kedelapan terhadap pangkalan tersebut, serangan pertama diluncurkan pada tanggal 6 Januari 2024.
Serangan awal Hizbullah ke Meron pada akhirnya menyebabkan kehancuran total peralatan pangkalan tersebut.
Komando militer Israel telah mengganti peralatan tersebut beberapa kali, hanya untuk menghadapinya dengan rudal Kornet-EM yang dipandu anti-tank jarak jauh dan strategis milik Hizbullah.