Microsoft mengumumkan Mustafa Suleyman sebagai pemimpin pengembangan platform kecerdasan buatan (AI) Copilot. Suleyman padahal adalah sosok di belakang teknologi AI pesaing utama Microsoft, Google.
Bahwa Suleyman bakal diberikan posisi sebagai CEO di Microsoft AI dan akan bekerja langsung di bawah CEO Microsoft Satya Nadella.
Suleyman adalah salah satu pendiri startup AI bernama DeepMind yang telah menjadi anak usaha Google sejak 2014. DeepMind memimpin penelitian soal AI di Google. Teknologi AI hasil pengembangan DeepMind juga menarik perhatian media dan komunitas akademisi, misalnya lewat publikasi di jurnal Nature.
Kesuksesan DeepMind adalah salah satu faktor yang mendorong Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, untuk bertindak melawan dominasi Google dalam teknologi AI. Hasilnya adalah pendirian OpenAI oleh Musk dan beberapa pihak lain sebagai laboratorium AI nonprofit.
Ironisnya, OpenAI kini terafiliasi dengan Microsoft. Microsoft banyak menggunakan teknologi hasil pengembangan OpenAI dan telah menanamkan miliaran dolar AS di perusahaan yang kini dipimpin oleh Sam Altman tersebut.
Suleyman telah meninggalkan Alphabet, induk usaha Google, sejak 2022. Ia kemudian mendirikan dan menempati posisi CEO di startup Inflection AI. Rekan pendiri Suleyman, Karen Simonyan akan bergabung juga dengan Microsoft AI sebagai Kepala Peneliti.
Microsoft AI akan bekerja mengembangkan Copilot, yang teknologinya juga akan muncul di berbagai produk Microsoft termasuk Windows dan mesin pencari Bing. Penelitian dan pengembangan produk AI untuk konsumer juga akan ada di bawah Microsoft AI.
"Saya kenal Mustafa sudah beberapa tahun dan sudah lama mengagumi dirinya sebagai pendiri DeepMind dan Inflection, seorang dengan visi besar, pembuat produk, dan pembangun tim pionir yang mengejar misi berani," kata Nadella dalam memo internal kepada pegawai Microsoft.
Demis Hassabis, pendiri DeepMind yang lain, kini masih bekerja di Google.
Google kini sedang menghadapi beberapa permasalahan di produk AI buatan mereka, termasuk isu bias di chatbot Gemini dan teknologi "pencipta" gambar.
Perangkat AI pencipta gambar Google bulan lalu ditarik karena menimbulkan beberapa kontroversi seperti tidak akurat secara sejarah dan menghasilkan respons yang memicu perselisihan.
"Kami berharap agar [fitur tersebut] bisa kembali online dalam beberapa pekan ke depan. Produk itu tidak berfungsi seperti apa yang kami rencanakan," kata Hassabis bulan lalu.