Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Siapa Saja Para Pemimpin Hamas?

Maret 04, 2024 Last Updated 2024-03-04T08:50:20Z


SEJAK Hamas mengejutkan Israel dengan serangan paling ambisius yang pernah dilancarkan dari Gaza pada 7 Oktober lalu, sejumlah pertanyaan muncul mengenai siapa yang merancang invasi mematikan itu.


Kepemimpinan Hamas mencakup sejumlah individu yang bertanggung jawab atas aspek politik, militer, dan sosial organisasi. Struktur kepemimpinan itu memungkinkan Hamas beroperasi di berbagai arena, baik dalam konflik dengan Israel maupun dalam pengelolaan urusan internal Palestina di Gaza.


Banyak pejabat tinggi kelompok militan Palestina yang menguasai Gaza itu tidak menonjolkan diri di depan umum, sementara yang lain menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk menghindari upaya pembunuhan oleh Israel.


Berikut ini adalah para pemimpin Hamas yang paling menonjol:


Ismail Haniyah


Ismail Haniyeh secara luas dianggap sebagai pemimpin umum Hamas. Ia merupakan anggota terkemuka gerakan tersebut pada akhir tahun 1980-an. Pada tahun 1989 Israel memenjarakan Haniyeh selama tiga tahun tahun, saat Israel menindak pemberontakan Palestina yang pertama.


Dia kemudian diasingkan pada tahun 1992 ke tanah tak bertuan antara Israel dan Lebanon, bersama sejumlah pemimpin Hamas lainnya. Setelah setahun di pengasingan, dia kembali ke Gaza. Tahun 1997 ia diangkat menjadi kepala kantor pemimpin spiritual Hamas. Pengangkatan itu memperkuat posisinya.


Haniyeh lalu ditunjuk sebagai perdana menteri Palestina tahun 2006 oleh Presiden Mahmoud Abbas, setelah Hamas memenangkan kursi terbanyak dalam pemilu nasional. Namun dia diberhentikan setahun kemudian setelah Hamas menggulingkan Partai Fatah pimpinan Abbas dari Jalur Gaza dalam aksi kekerasan mematikan yang berlangsung selama seminggu.


Haniyeh menolak pemecatannya karena dianggap "inkonstitusional", dan menekankan bahwa pemerintahannya "tidak akan mengabaikan tanggung jawab nasionalnya terhadap rakyat Palestina", dan terus memerintah di Gaza.


Dia terpilih sebagai kepala biro politik Hamas tahun 2017. Tahun 2018, Departemen Luar Negeri AS menetapkan Haniyeh sebagai teroris. Dia tinggal di Qatar selama beberapa tahun terakhir.


Yahya Sinwar


Yahya Sinwar merupakan pemimpin Hamas di dalam Jalur Gaza. Dia lahir tahun 1962. Dia merupakan pendiri dinas keamanan Hamas yang dikenal sebagai Majd. Majd yang menangani masalah keamanan dalam negeri, menyelidiki tersangka agen-agen Israel dan melacak petugas intelijen dan badan keamanan Israel.


Sinwar telah ditangkap Israel tiga kali. Setelah penangkapannya yang ketiga tahun 1988, dia dihukum empat kali hukuman penjara seumur hidup.


Namun, dia termasuk di antara 1.027 tahanan Palestina dan Arab-Israel yang dibebaskan Israel dengan ditukar dengan seorang tentara Israel yang ditawan selama lebih dari lima tahun oleh Hamas.


Baca juga: Israel Klaim Hancurkan Tempat Persembunyian Petinggi Hamas


Sinwar kembali ke posisinya sebagai pemimpin terkemuka Hamas dan ditunjuk sebagai kepala biro politik kelompok itu di Jalur Gaza tahun 2017.


Tahun 2015, Amerika Serikat (AS) memasukkan Sinwar dalam daftar hitam "teroris internasional".


Muhammad Deif


Mohammed Deif memimpin Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas. Dia adalah sosok bayangan yang dikenal oleh orang Palestina sebagai The Mastermind (Sang Dalang), dan oleh orang Israel dia dijuluki The Cat with Nine Lives (Kucing yang Memiliki Sembilan Nyawa) karena lolos dari sejumlah upaya pembunuhan.


Pihak berwenang Israel memenjarakan dia tahun 1989, setelah itu ia membentuk Brigade al-Qassam dengan tujuan menangkap para tentara Israel. Setelah dibebaskan, ia membantu merekayasa pembangunan terowongan yang memungkinkan anggota Hamas masuk ke Israel dari Gaza.


Deif merupakan salah satu orang yang paling dicari Israel. Dia dituduh telah merencanakan dan mengawasi pengeboman bus yang menewaskan puluhan warga Israel tahun 1996, dan terlibat dalam penangkapan dan pembunuhan tiga tentara Israel pada pertengahan tahun 1990-an.


Israel memenjarakan dia tahun 2000. Namun dia melarikan diri pada awal pemberontakan Palestina kedua, atau intifada.


Sejak itu, dia hanya meninggalkan sedikit jejak. Ada tiga foto dirinya yang diketahui: foto pertama dilengkapi tanggal, foto kedua dia bertopeng, dan foto ketiga adalah foto bayangannya.


Upaya pembunuhan paling serius terhadapnya terjadi tahun 2002. Deif selamat tetapi dia kehilangan salah satu matanya. Israel mengatakan dia juga kehilangan satu kaki dan tangannya, dan dia kesulitan berbicara.


Pasukan keamanan Israel kembali gagal membunuh Deif dalam serangan di Jalur Gaza tahun 2014. Serangan Israel itu membunuh istri dan dua anaknya.


Marwan Issa


Marwan Issa, atau Manusia Bayangan, merupakan tangan kanan Mohammed Deif. Dia adalah wakil panglima Brigade Izz al-Din al-Qassam.


Pasukan Israel menahannya pada intifada pertama selama lima tahun karena aktivitasnya dengan Hamas.


Otoritas Palestina menangkap Issa tahun 1997. Namun dia dibebaskan setelah intifada kedua tahun 2000.


Dia masuk dalam daftar paling dicari Israel, dan terluka ketika Israel berusaha membunuhnya tahun 2006.


Pesawat tempur Israel juga menghancurkan rumahnya dua kali selama invasi di Gaza pada tahun 2014 dan 2021, dan menewaskan saudaranya.


Wajah Issa tidak diketahui hingga tahun 2011, ketika dia muncul dalam sebuah foto yang menampilkan sejumlah orang yang diambil saat serah terima pertukaran tawanan.


Dia diduga telah memainkan peran penting dalam merencanakan serangan ke Israel, termasuk serangan yang terbaru pada 7 Oktober tahu lalu.


Khaled Meshaal


Khaled Meshaal, yang lahir di Tepi Barat tahun 1956, dianggap sebagai salah satu pendiri Hamas. Di bawah instruksi langsung Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sejumlah agen mata-mata Israel, Mossad, berusaha membunuh Meshaal tahun 1997 ketika dia tinggal di Yordania.


Para agen Mossad itu memasuki Yordania dengan paspor Kanada palsu. Mereka menyuntik Meshaal dengan racun saat dia berjalan kaki di sebuah jalan.


Pihak berwenang Yordania mengetahui upaya pembunuhan tersebut dan menangkap dua anggota Mossad. Mendiang Raja Hussein dari Yordania meminta Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk memberikan penawar racun yang disuntikkan kepada Meshaal.


Menghadapi tekanan dari Presiden AS saat itu, Bill Clinton, Netanyahu akhirnya memberikan obat penawar tersebut setelah awalnya menolak permintaan itu.


Meshaal, yang tinggal di Qatar, mengunjungi Jalur Gaza untuk pertama kalinya tahun 2012. Ia diterima oleh para pejabat Palestina dan banyak warga Palestina keluar untuk menyambutnya.


Hamas memilih Ismail Haniyeh untuk menggantikan Meshaal sebagai kepala biro politik pada tahun 2017, dan Meshaal menjadi kepala biro politik Hamas di luar negeri.


Mahmud Zahar


Mahmoud Zahar lahir di Gaza tahun 1945. Ayahnya seorang Palestina dan ibunya orang Mesir. Ia dinilai sebagai salah satu pemimpin Hamas yang paling menonjol, dan anggota kepemimpinan politik gerakan tersebut.


Dia bersekolah di Gaza dan masuk universitas di Kairo, kemudian bekerja sebagai dokter di Gaza dan Khan Younis sampai Israel memecatnya karena posisi politiknya.


Mahmoud Zahar ditahan di penjara Israel tahun 1988, beberapa bulan setelah berdirinya Hamas. Dia termasuk di antara orang-orang yang dideportasi Israel ke tanah tak bertuan pada tahun 1992. Dia menghabiskan waktu satu tahun di tempat itu.


Dengan kemenangan Hamas dalam pemilihan umum Palestina tahun 2006, Zahar bergabung dengan Kementerian Luar Negeri di pemerintahan Perdana Menteri Ismail Haniyeh yang baru dibentuk sebelum akhirnya dibubarkan.


Israel berusaha membunuh Zahar tahun 2003, saat sebuah pesawat menjatuhkan bom di rumahnya di Kota Gaza. Serangan itu menyebabkan dia mengalami luka ringan dan putra sulungnya, Khaled, tewas.


Putra keduanya, Hossam, yang merupakan anggota Brigade al-Qassam, tewas dalam serangan udara Israel di Gaza tahun 2008.

×