Umat Islam di Gaza menjalani ibadah puasa Ramadan di tengah bencana kelaparan yang mengancam.
Warga Gaza telah mengalami perang selama lima bulan.
Seluruh penduduk Gaza kini bergantung pada bantuan pangan untuk bertahan hidup.
“Orang-orang di sini sudah berpuasa selama berbulan-bulan,” kata Dr Amjad Eleiwa, wakil direktur unit gawat darurat di rumah sakit al-Shifa, Kota Gaza, Senin (18/3/2024), dilansir BBC.
“Mereka menjelajahi kota mencari makanan untuk bertahan hidup, tapi mereka tidak dapat menemukannya," jelasnya.
Pengeboman Israel terhadap Gaza, sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, telah menghancurkan infrastruktur pangan dan lahan pertanian di seluruh wilayah tersebut.
Badan-badan bantuan mengatakan peningkatan pemeriksaan keamanan Israel pada truk pengiriman telah menciptakan hambatan dalam upaya mencapai bantuan kepada masyarakat.
Badan global yang bertanggung jawab untuk menyatakan kelaparan, Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), melaporkan bahwa 1,1 juta orang – hampir separuh penduduk Gaza – sudah kelaparan dan sisa penduduk di sana mungkin mengalami kelaparan pada bulan Juli.
Krisis pangan paling parah terjadi di Gaza utara.
Berbeda dengan Ramadhan-ramadhan sebelumnya, tahun ini penduduk di sana tidak dapat memenuhi perut mereka dengan sahur, sarapan sebelum fajar, atau berharap untuk menghilangkan rasa lapar mereka dengan berbuka puasa, setelah matahari terbenam.
Menurut badan amal kemiskinan Care, setidaknya 27 orang – 23 di antaranya anak-anak – meninggal karena kekurangan gizi atau dehidrasi di Gaza utara dalam beberapa pekan terakhir.
Jumlah sebenarnya, menurut dokter dari beberapa rumah sakit di wilayah utara, kemungkinan besar lebih tinggi.
Kemungkinan Operasi Rafah
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kini setuju untuk mengirim tim pejabat Israel ke Washington untuk berdiskusi dengan pejabat pemerintahan Joe Biden mengenai kemungkinan operasi Rafah.
"Masing-masing pihak berupaya untuk menjelaskan perspektif mereka satu sama lain,” ujar penasihat keamanan nasional Jake Sullivan, Senin, dikutip dari AP News.
Kesepakatan untuk mengadakan pembicaraan tentang Rafah terjadi ketika Biden dan Netanyahu berbicara pada hari Senin.
Ini merupakan interaksi pertama mereka dalam lebih dari sebulan, ketika perpecahan semakin meningkat antara sekutu mengenai krisis pangan di Gaza dan perilaku Israel selama perang.
Jake Sullivan mengatakan, pembicaraan akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang dan diperkirakan akan melibatkan pakar militer, intelijen, dan kemanusiaan.
Gedung Putih skeptis terhadap rencana Netanyahu untuk melakukan operasi di kota Rafah di selatan, tempat sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina berlindung.
Sullivan mengatakan, Biden dalam panggilan telepon tersebut sekali lagi mendesak Netanyahu untuk tidak melakukan operasi Rafah.
"Para pejabat AS akan memaparkan pendekatan alternatif yang akan menargetkan elemen-elemen penting Hamas di Rafah dan mengamankan perbatasan Mesir-Gaza tanpa invasi darat besar-besaran," katanya.
“Presiden telah menolak, dan mengulanginya lagi hari ini, bahwa mengajukan pertanyaan tentang Rafah sama dengan mengajukan pertanyaan tentang mengalahkan Hamas,” terang Sullivan.
“Itu hanya omong kosong. Posisi kami adalah bahwa Hamas tidak boleh dibiarkan berlindung di Rafah atau di mana pun, namun operasi darat besar-besaran di sana adalah sebuah kesalahan."
"Hal ini akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil yang tidak bersalah, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan, memperdalam anarki di Gaza dan semakin mengisolasi Israel secara internasional," paparnya.
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk meningkatnya pemboman dan penghancuran yang dilakukan pasukan Israel di Rafah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan tindakan segera untuk mencegah kelaparan di Gaza utara, sebuah bencana yang ia sebut sepenuhnya disebabkan oleh ulah manusia.
Jurnalis Al Jazeera Ismail al-Ghoul telah dibebaskan setelah 12 jam ditahan Israel.
Pasukan Israel memukulinya dengan kejam ketika mereka menahannya dalam penggerebekan di Rumah Sakit al-Shifa Kota Gaza.
Al-Ghoul menggambarkan dirinya dipaksa berbaring tengkurap selama 12 jam dengan mata tertutup dan tangan terikat, ketika pasukan Israel melepaskan tembakan ke dekat tahanan untuk menimbulkan ketakutan.
Para pejabat Israel mengatakan kepada media AS dan Israel bahwa pembicaraan tidak langsung dengan Hamas telah dimulai di Qatar.
Setidaknya 31.819 warga Palestina telah tewas dan 73.934 terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang dan puluhan orang ditawan.