Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

PBB: Ini Dampak Invasi Israel di Rafah bagi Warga Sipil

Maret 25, 2024 Last Updated 2024-03-25T05:11:28Z


Pasukan Israel terus melancarkan serangannya di Jalur Gaza. Bahkan berencana melakukan invasi di wilayah padat penduduk di Rafah.


Padahal, sekitar 1,4 juta warga Palestina diyakini mengungsi di Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Menurut PBB, mereka mengungsi akibat perang Israel-Hamas.


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pekan lalu bahwa kemenangan melawan Hamas bisa dicapai jika Pasukan Pertahanan Israel memasuki Rafah untuk melenyapkan sisa kelompok Hamas tersebut.


Sebagaimana diberitakan ABC News pada Minggu (24/3/2024), Netanyahu mengatakan telah menyetujui rencana IDF untuk mengevakuasi penduduk sipil dari zona pertempuran, meski tidak jelas kapan atau bagaimana hal itu akan terjadi.


IDF mengatakan bahwa mereka berencana untuk mendorong warga sipil menuju suatu tempat di pusat Jalur Gaza sebelum melakukan serangan di Rafah.


Sedangkan Amerika mengatakan pihaknya menentang operasi besar di Rafah, dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengungkapkan selama kunjungannya ke Timur Tengah pekan lalu bahwa hal itu adalah kesalahan dan AS tidak akan mendukungnya.


"Operasi darat besar-besaran di sana bisa mengakibatkan lebih banyak kematian warga sipil. Ini akan memperburuk krisis kemanusiaan," kata Blinken saat konferensi pers di Mesir, Kamis.


"Ada cara yang lebih baik untuk menghadapi ancaman ini, ancaman yang terus menerus ditimbulkan oleh Hamas," imbuh dia.


Kelompok-kelompok kemanusiaan yang bekerja di Gaza juga terus bersuara menentang serangan di Rafah.


"Operasi militer di Rafah akan menjadi pertumpahan darah dengan konsekuensi yang lebih dahsyat dari yang kita bayangkan," ujar Deepmala Mahla, kepala petugas kemanusiaan CARE, sebuah organisasi kemanusiaan internasional yang menargetkan kemiskinan dan kelaparan global, kepada ABC News.


Dengan sekitar dua pertiga dari seluruh penduduk Jalur Gaza berlindung di Rafah, sebuah serangan akan mengakibatkan kehilangan nyawa yang sangat besar.


"Kami pada dasarnya membicarakan sekitar 1,5 juta orang di Rafah. Tidak ada cara yang aman untuk mengevakuasi mereka," tuturnya.


Menurut UNICEF, populasi kota ini mencakup sekitar 600.000 anak-anak.


"Ini adalah kota anak-anak. Serangan militer di sini akan menjadi bencana besar bagi anak-anak. Hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi," kata juru bicara UNICEF James Elder kepada ABC News.


Bahkan jika warga sipil bisa mengungsi keluar dari Rafah, maka tidak ada tempat yang aman bagi mereka.


Sementara Bob Kitchen, wakil presiden untuk keadaan darurat di Komite Penyelamatan Internasional, sebuah organisasi yang membantu orang-orang yang terkena dampak krisis kemanusiaan, mengatakan risiko hilangnya nyawa dalam invasi Rafah sangat tinggi.


"Kami sangat takut akan dampak kemanusiaan dan juga hilangnya nyawa jika serangan darat terjadi," katanya.


"Tidak ada tempat yang aman. Jika serangan terus dilakukan, maka akan menjadi bencana yang sangat serius," tandas dia.

×