Durian merupakan salah satu buah tropis yang tumbuh subur di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Buah dengan kulit berduri tajam ini menjadi salah satu buah favorit dan kerap dijuluki sebagai "King of Fruit" atau raja dari segala buah.
Meski memiliki daging buah yang enak dan tebal, durian juga mengeluarkan aroma cukup menyengat.
Aroma ini membuat sebagian orang tidak menyukai dan bahkan menghindari durian.
Baca juga: Jarang Diketahui, Ini 5 Efek Samping Durian
Lantas, mengapa durian memiliki aroma menyengat?
Penyebab aroma durian menyengat
Dikutip dari Reuters, para ilmuwan di Singapura mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab atas senyawa aroma dari durian.
Senyawa aroma yang disebut sebagai senyawa sulfur atau belerang itu mudah menguap, dan menjadi sangat aktif saat buah matang.
Kondisi itu menimbulkan aroma menyengat yang tidak biasa di durian.
"Aroma duriannya digambarkan sebagai perpaduan antara aroma belerang seperti bawang dengan aroma buah yang manis dan bumbu kuah yang gurih,” kata wakil direktur National Cancer Singapura yang juga menjadi salah satu pemimpin penelitian, Bin Tean Teh.
“Komponen kunci dari bau durian adalah senyawa sulfur yang mudah menguap atau VSC yang telah dicirikan sebagai pembusukan, seperti bawang, telur busuk, belerang, dan bawang merah goreng," tambahnya.
Tidak seperti jenis tanaman pada umumnya yang memiliki satu atau dua salinan gen, durian memiliki empat salinan yang menunjukkan bahwa produksi VSC meningkat dalam buah ini.
Berguna untuk menarik hewan
Mereka menjelaskan, aroma tersebut mungkin penting bagi durian di alam liar, yang membantunya menarik hewan untuk memakannya dan menyebarkan bijinya.
Para ilmuwan mengurutkan salah satu genom varietas buah ini, yakni Musang King. Hasilnya, ada sekitar 46.000 gen atau hampir dua kali lipat jumlah genom manusia.
Mereka mampu menelusuri evolusi buah ini sejak 65 juta tahun yang lalu dan menemukan hubungan purba dengan pohon kakao.
"Sebagian besar dari kita di Singapura tumbuh besar dengan durian, dan kita sangat akrab dengannya," tutur profesor genetika Duke-NUS Medical School di Singapura.
"Namun, bahkan dalam satu keluarga yang sama, ada beberapa orang yang menyukai rasanya, sementara yang lain telah belajar untuk menoleransinya, terutama saat musim durian. Bagi mereka yang belum pernah merasakan durian sebelumnya, durian memang dapat menimbulkan emosi yang berlawanan, yaitu rasa suka dan jijik,” lanjutnya.