Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Maroko Dilaporkan Ikuti Jejak Amerika dan Yordania Jatuhkan Bantuan ke Gaza Melalui Udara

Maret 14, 2024 Last Updated 2024-03-14T06:38:15Z


Maroko dilaporkan mengikuti jejak negara-negara seperti Amerika Serikat dan Yordania untuk mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza melalui udara.


Namun, langkah tersebut masih belum memuaskan kelompok lokal Pro-Palestina, The New Arab melaporkan.


Pada hari Senin (11/3/2024), Maroko dilaporkan mengirim enam pesawat militer yang membawa bahan-bahan bantuan ke Gaza.


Paket bantuan tersebut diterjunkan dari udara.


Bencana kelaparan telah menewaskan sedikitnya 27 warga Palestina di tengah pemboman Israel di wilayah yang terkepung itu.


“Kepemimpinan Maroko meminta pemerintah di Israel untuk mengirimkan pesawat bantuan kemanusiaan, dan kami menanggapi positif permintaan Rabat itu,” kata sumber Kementerian Luar Negeri Israel yang dikutip media lokal Hespress.


Sejauh ini, Kementerian Luar Negeri Maroko belum secara resmi mengonfirmasi bantuan tersebut.


November lalu, Maroko, berkoordinasi dengan Bulan Sabit Merah Mesir, mengirimkan 25 ton makanan, air, obat-obatan, dan pasokan medis penting lainnya ke Jalur Gaza.


Namun, laporan bantuan yang diberikan Maroko untuk Jalur Gaza tampaknya tidak mampu memperbaiki hubungannya dengan kelompok pro-Palestina.


"Solusinya adalah dengan menekan Israel untuk mengakhiri genosida di Gaza," kata seorang sumber dari Front Maroko, komunitas aktivis anti-normalisasi hubungan Maroko-Israel.


Front Maroko didirikan pada tahun 2021, sebulan setelah Maroko dan Israel menandatangani perjanjian normalisasi.


Baca juga: Ratu Rania Yordania Sebut Bantuan Udara Gaza Hanya Setetes Air di Lautan Kebutuhan Belum Terpenuhi


Kelompok tersebut berpendapat bahwa Perjanjian Abraham telah mendorong kekerasan yang dilakukan Israel.


Perjanjian Abraham atau Abraham Accords adalah rangkaian perjanjian normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab.


Perjanjian tersebut, yang semuanya ditandatangani pada paruh kedua tahun 2020, terdiri dari deklarasi umum serta perjanjian bilateral antara Israel dan Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.


Nama perjanjian tersebut mengacu pada nenek moyang orang Yahudi dan Arab, yaitu Abraham dalam Alkitab, dan sebagai ungkapan persaudaraan.


“Tanpa sikap diam dan keterlibatan negara-negara Arab, Israel tidak akan merasa berani untuk melanjutkan genosidanya,” kata Aziz Al-Hanaoui, seorang aktivis pro-Palestina asal Maroko, dalam protes akhir pekan lalu.


Selama Ramadhan, mulai tanggal 12 Maret, kelompok pro-Palestina Maroko akan melakukan protes setiap hari di sekitar kerajaan Afrika Utara itu setelah salat Tarawih, menuntut gencatan senjata segera dan permanen di Gaza.


Pada hari Sabtu (9/3/2024) lalu, pesawat militer AS dan pasukan Yordania mulai mengirimkan makanan dan pasokan ke Gaza.


Menurut Komando Pusat AS, mereka menjatuhkan sekitar 38.000 makanan dengan parasut di sepanjang garis pantai Gaza.


“Airdrop mungkin merupakan cara yang paling tidak efisien untuk menyalurkan bantuan, mengingat volume bantuan lebih kecil, tapi 8 hingga 10 kali lebih mahal,” kata Jeremy Konyndyk, presiden Refugees International, dalam podcast NPR.


Lima orang tewas dan sepuluh lainnya luka-luka ketika mereka terkena palet bantuan yang diterjunkan ke Gaza sebagai bagian dari misi kemanusiaan.


PBB mengatakan pengiriman bantuan lewat udara atau usulan koridor bantuan maritim tidak bisa menggantikan pengiriman darat.


PBB mendesak agar lebih banyak truk diizinkan mencapai Gaza melalui lebih banyak penyeberangan perbatasan.


Lebih dari 2 juta orang tinggal di Jalur Gaza, dan menurut PBB, seperempat dari mereka menghadapi kelaparan karena Israel terus menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan.


Menurut Bulan Sabit Merah Palestina, rata-rata 95 truk bantuan memasuki Gaza setiap hari antara 10 Oktober dan 1 Februari.


Jumlah itu turun drastis dari 500 truk komersial dan truk bantuan sehari sebelum perang.


Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak tanggal 7 Oktober 2023.


Sejak itu, Israel telah membunuh sedikitnya 31.100 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.


Lebih dari 72.700 lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan pasokan.


Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).


Keputusan sementara ICJ pada bulan Januari memerintahkan Israel untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

×