Rupiah diprediksi lanjut melemah pada awal pekan ini. Kuatnya ekonomi Amerika Serikat (AS) menyebabkan ekspektasi penurunan Fed rate semakin lama.
Pada perdagangan Jumat (15/3), rupiah spot ditutup melemah 0,12% ke Rp 15.599 per dolar AS. Di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah melemah 0,26% ke Rp 15.624 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, melemahnya rupiah karena ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed yang semakin lama dan jumlah penurunnya kian mengecil. Hal itu karena sejumlah data, seperti inflasi AS, jobless claims, dan retail sales AS yang menunjukkan ekonomi AS masih kuat.
"Sehingga mendorong adanya aliran dana masuk ke AS dan mendorong dolar indeks," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (17/3).
Untuk besok, Fikri menilai sentimen tersebut masih akan berlanjut, ditambah dengan data neraca perdagangan Indonesia yang hanya US$ 0,87 juta atau terendah sejak Mei 2022. Dengan mengecilnya neraca perdagangan, maka defisit transaksi berjalan akan melebar.
"Sehingga menjadi sentimen negatif bagi fundamental rupiah," katanya.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sepakat bahwa rupiah berpotensi melemah seiring membaiknya data ekonomi AS. Kendati begitu, menurutnya the Fed kini berpotensi menawarkan sikap yang lebih hawkish terhadap suku bunga.
"Ini mengingat pihaknya telah berulang kali mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga pada tahun 2024 sebagian besar akan ditentukan oleh jalur inflasi," katanya.
Ibrahim menilai rupiah akan bergerak fluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp 15.570 per dolar AS-Rp 15.660 per dolar AS. Fikri juga memperkirakan rupiah terdepresiasi dengan kisaran Rp 17.550 per dolar AS-Rp 17.750 per dolar AS.