Militer Israel pada Jumat (15/3/2024) menyetujui potensi serangan terhadap kota Rafah di Gaza Palestina.
Meski demikian, Israel menjaga harapan gencatan senjata tetap hidup. Pihak Israel juga tetap berencana mengirim delegasi lain ke Qatar untuk melakukan pembicaraan mengenai kemungkinan kesepakatan pelepasan sandera dengan kelompok Hamas.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia menyetujui rencana untuk menyerang kota di tepi selatan atau wilayah Rafah yang kini padat penduduk oleh pengungsi.
Sekutu global dan kritikus mendesak Netanyahu untuk menunda serangan terhadap Rafah, karena khawatir akan jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar.
Namun Israel mengatakan itu adalah salah satu benteng terakhir Hamas yang telah mereka janjikan untuk dilenyapkan dan penduduknya akan dievakuasi.
Di Washington, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan AS belum melihat rencana Rafah, namun menginginkannya.
Dia mengatakan pada pengarahan berkala bahwa usulan gencatan senjata Hamas untuk penyanderaan berada dalam batas-batas yang mungkin dilakukan dan menyatakan optimisme yang hati-hati mengenai hal itu.
Sebagaimana diberitakan Reuters pada Sabtu (16/3/2024), Hamas telah menyampaikan proposal terbaru gencatan senjata di Gaza kepada mediator dan AS.
Isi dari proposal itu mencakup pembebasan sandera Israel dengan imbalan kebebasan bagi tahanan Palestina, 100 di antaranya menjalani hukuman seumur hidup, menurut proposal yang dilihat oleh Reuters.
Sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu mengenai rencana serangan Rafah mengatakan tuntutan Hamas untuk pembebasan sandera masih tidak realistis, namun delegasi Israel masih akan berangkat ke Doha setelah kabinet keamanan membahas posisinya.
Pernyataan Israel mengatakan Pasukan Pertahanan Israel sedang bersiap secara operasional dan untuk evakuasi penduduk di Rafah.
Namun, laporan tersebut tidak memberikan kerangka waktu dan tidak ada bukti adanya persiapan tambahan di lapangan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada wartawan di Austria bahwa AS perlu melihat rencana yang jelas dan dapat dilaksanakan dari Israel untuk Rafah, termasuk untuk menyelamatkan warga sipil dari bahaya.
Para perunding pekan ini gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata tepat pada bulan suci Ramadhan. Mediator AS dan Arab masih bertekad mencapai kesepakatan untuk mencegah serangan terhadap Rafah dan membiarkan makanan masuk untuk mencegah kelaparan.
Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri menuduh Netanyahu bermanuver untuk melakukan lebih banyak kejahatan genosida.
"Dia tidak tertarik untuk mencapai kesepakatan," katanya kepada Reuters.
Israel menolak klaim genosida, dan mengatakan bahwa pihaknya murni berfokus pada penghancuran semua pejuang Hamas.
Ada peningkatan gesekan antara AS dan Israel, yang menurut para pejabat di pemerintahan Presiden Joe Biden melancarkan perang dengan tidak terlalu memperhatikan warga sipil.