Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menyetujui rencana serangan terhadap Rafah, Palestina, Jumat (15/3). Kantor Netanyahu juga mengatakan tuntutan Hamas untuk pembebasan sandera masih tidak masuk akal.
Dikutip dari Reuters, Minggu (17/3), pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menganggap Netanyahu telah bermanuver untuk melakukan lebih banyak kejahatan genosida.
“Dia tidak tertarik untuk mencapai kesepakatan,” katanya kepada Reuters.
Meski negosiasi gencatan senjata di awal bulan Ramadan telah gagal, mediator Washington dan Arab bertekad mencapai kesepakatan untuk cegah serangan Rafah. Mereka juga terus berupaya mengirimkan makanan untuk atasi krisis kelaparan di sana.
Merespons rencana Netanyahu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta Israel, atas nama kemanusiaan, untuk tidak menyerang wilayah Rafah.
Dikutip dari Al Jazeera, para sekutu global dan kritikus ikut mendesak Netanyahu untuk menunda serangan terhadap Rafah. Mereka khawatir, akan lebih banyak korban berjatuhan.
Namun Israel mengatakan rencana itu adalah salah satu benteng terakhir Hamas yang telah dijanjikan lenyap.
“Mudah-mudahan invasi darat ke Rafah hanya sekedar gertakan sehingga bisa dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan sesuatu dalam perundingan. Tapi semua yang Netanyahu katakan akan dia lakukan, dia melakukannya, jadi saya berasumsi kemungkinan besar hal ini akan terjadi,” ungkap Luciano Zaccara dari Pusat Studi Teluk di Universitas Qatar kepada Al Jazeera, Jumat (16/3).
Hamas telah menyampaikan rencana gencatan senjata baru untuk mengakhiri perang Israel di Gaza. Proposal tersebut mencakup pembebasan tawanan Israel dengan imbalan tahanan Palestina. Sumber Al Jazeera mengatakan, gencatan senjata tersebut akan dilakukan dalam tiga tahap, dengan masing-masing tahap berlangsung 42 hari.
Pasukan Pertahanan Israel sedang bersiap secara operasional dan evakuasi penduduk Rafah. Laporan tersebut tidak disertai keterangan waktu dan hingga kini belum ada bukti persiapan tambahan di lapangan.
Di pusat Kota Gaza pada Jumat malam (16/3), serangan udara Israel menghancurkan sebuah bangunan tujuh lantai. Kejadian itu menewaskan dan melukai beberapa orang, kata juru bicara layanan darurat sipil di sana.
Hingga saat ini, serangan Hamas mengakibatkan sekitar 1.160 kematian di Israel. Jumlah tersebut kontras dengan serangan Israel yang menewaskan 31.553 orang di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.