Pemerintah akan menambah anggaran pupuk subsidi yang semula Rp 26,6 triliun menjadi Rp 54 triliun pada 2024 ini. Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi mengatakan anggaran tersebut tengah diproses di Kementerian Keuangan.
Pupuk Indonesia telah berdiskusi bersama Kementerian Pertanian yang dibimbing oleh Kemenko Perekonomian pada Jumat (15/3). Kemudian, koordinasi lanjutan akan dilakukan pada pekan ini di tingkat menteri melalui Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) untuk memutuskan anggaran dan volume subsidi pupuk 2024 ini.
“Memang tidak mudah karena ada anggaran tambahannya. Nah, itu sudah kita urus,” kata Rahmad kepada wartawan di Hotel Alila, Jakarta, Senin (18/3).
Awalnya, kata Rahmad, rencana penambahan anggaran untuk subsidi pupuk adalah sebesar Rp 14 triliun. Namun, setelah melihat bahwa pemerintah fokus pada swasembada pangan, alokasi anggaran tersebut dikembalikan ke angka semula, yaitu Rp 9,5
Dengan demikian, untuk mewujudkan penyaluran pupuk subsidi sebanyak 9,5 juta ton, diperlukan anggaran sekitar Rp 30 triliun. Oleh karena itu, total anggaran yang dibutuhkan untuk tahun ini mencapai Rp 54 triliun.
“Alokasinya sebesar Rp 9,5 triliun, tambahan anggaran yang diperlukan sekitar 30 triliun. Dari 26,5 triliun nanti akan naik sekitar 30 triliun,” ujar Rahmad.
Ia juga mengatakan PT Pupuk Indonesia secara produksi sangat mampu memenuhi kebutuhan pupuk subsidi tersebut. Dengan total kapasitas produksi mencapai 14 juta ton dan alokasi pupuk subsidi sebesar 9,5 juta ton pada tahun ini, termasuk 5 juta ton urea.
Produksi yang direncanakan tahun ini adalah 8,5 juta ton, ditambah dengan inventory awal sebesar 1,2 juta ton, sehingga totalnya mencapai hampir 10 juta ton.
“Kalau secara produksi sangat mampu karena total kapasitas kita kan 14 juta,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan, peningkatan pupuk subsidi penting mengingat terjadinya kenaikan harga pupuk. Ia mencatat bahan baku pupuk kini telah naik 230% secara tahunan.
Amran menilai, berkurangnya volume produksi padi berkorelasi langsung dengan pengurangan pupuk subsidi. Ia memaparkan, produksi beras nasional turun dari capaian 2018 sejumlah 34 juta ton menjadi 31 juta ton pada 2019-2023.
"Harga bahan baku pupuk naik karena perang antara Rusia dan Ukraina sejak 2022," kata Amran.