Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas melaporkan jumlah kematian akibat perang di Jalur Gaza Palestina hampir 30.000 orang.
Jumlah itu terus meningkat seiring dengan bencana kelaparan yang dialami oleh warga Gaza khususnya anak-anak yang kekurangan gizi.
Meskipun para mediator mengatakan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas hanya akan terjadi dalam hitungan hari, lembaga-lembaga bantuan telah memberikan peringatan pada Israel.
Yakni mengenai kondisi kemanusiaan yang mengerikan dan memperingatkan bakal terjadinya kelaparan di utara Gaza.
"Dua anak meninggal karena dehidrasi dan kekurangan gizi di rumah sakit Al-Shifa Kota Gaza," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra, dikutip dari AFP pada Kamis (29/2/2024).
Ia juga menyerukan ada tindakan segera dari lembaga internasional untuk mencegah lebih banyak lagi kematian serupa di Jalur Gaza.
"Jumlah korban tewas akibat kelaparan di kalangan anak-anak meningkat menjadi enam. Setidaknya lima di antaranya terjadi di wilayah utara yang terkepung dalam beberapa hari terakhir," imbuhnya.
Mengutip kondisi yang memburuk di Gaza, kepala USAID Samantha Power mengatakan Israel perlu membuka lebih banyak penyeberangan sehingga bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan dapat semakin meningkat.
"Ini adalah masalah hidup dan mati," kata Samantha dalam sebuah video yang diposting di platform media sosial X.
Sebelumnya, mediator dari Mesir, Qatar dan Amerika Serikat telah mengupayakan jeda selama enam minggu dalam perang Israel-Hamas.
Para perunding berharap gencatan senjata dapat dimulai pada awal Ramadhan, bulan suci umat Islam yang dimulai pada 10 atau 11 Maret 2024, tergantung pada kalender lunar.
Proposal tersebut dilaporkan mencakup pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan di Gaza dengan imbalan beberapa ratus tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Jika tidak ada penarikan penuh yang diminta oleh Hamas, sebuah sumber dari kelompok tersebut mengatakan bahwa kesepakatan tersebut mungkin akan membuat pasukan Israel meninggalkan kota-kota dan daerah-daerah berpenduduk.
Sehingga memungkinkan kembalinya beberapa warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal dan memberikan bantuan kemanusiaan.
Bahkan Presiden AS Joe Biden juga terus mengupayakan agar mencapai garis akhir dari perjanjian tersebut, yakni berakhirnya perang.
Meski demikian, Kota Rafah di bagian selatan Gaza adalah pintu masuk utama bantuan yang melintasi perbatasan dari negara tetangga Mesir.
Namun Program Pangan Dunia mengatakan tidak ada kelompok kemanusiaan yang dapat mengirimkan bantuan ke wilayah utara selama lebih dari sebulan, dan menuduh Israel memblokir akses.
Namun, negara tetangganya Yordania, telah mengoordinasikan upaya untuk mengirimkan pasokan melalui udara ke Gaza selatan.
"Jika tidak ada perubahan, kelaparan akan segera terjadi di Gaza utara," kata wakil direktur eksekutif Program Pangan Dunia Carl Skau.
Para pejabat Israel membantah memblokir pasokan, dan tentara pada hari Rabu mengatakan “50 truk yang membawa bantuan kemanusiaan” telah sampai ke Gaza utara dalam beberapa hari terakhir.