Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Arti Tradisi Padusan yang Dilakukan Masyarakat Jawa Jelang Ramadan

Maret 07, 2024 Last Updated 2024-03-07T04:39:21Z


Padusan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Lalu, apa arti tradisi padusan itu?


Sebagai salah satu tradisi, padusan menjadi refleksi kebudayaan Indonesia yang cukup beragam. Bagi umat muslim sendiri, Ramadan adalah bulan suci yang baiknya disambut dengan persiapan khusus.


Untuk itu, banyak kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia di berbagai daerah dalam menyambut datangnya bulan Ramadan.


Agar lebih mengetahui arti tradisi padusan dan sejarahnya di Indonesia, berikut ini informasinya untuk Anda.


Arti Tradisi Padusan


Jika ditelaah dari katanya, padusan berasal dari kata adus dalam bahasa Jawa yang berarti mandi. Tradisi padusan adalah warisan leluhur yang dilakukan secara turun-temurun.


Jika bulan Ramadan telah dekat, masyarakat Jawa akan melakukan padusan dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur dan sumber mata air lainnya.


Tujuannya, agar ketika Ramadan dapat menjalankan ibadah puasa dalam kondisi suci lahir dan batin.


Jika telusuri lebih jauh, arti padusan sebenarnya lebih dari itu. Padusan memiliki makna yang cukup mendalam, yakni untuk merenung dan merefleksikan diri dari berbagai kesalahan yang dilakukan pada masa lalu.


Oleh karena itu, semestinya tradisi ini dilakukan seorang diri di tempat yang sepi. Mengapa demikian? Karena di tempat yang sepi diharapkan bisa memunculkan kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.


Dalam kondisi yang hening, akan muncul keyakinan dan kesadaran untuk melangkah memasuki bulan suci Ramadan dengan kondisi suci lahir dan batin.


Namun, belakangan ini terjadi pergeseran nilai terhadap tradisi padusan ini. Padusan yang mestinya dilakukan seorang diri, kini berubah menjadi mandi atau berendam beramai-ramai di satu mata air, sehari sebelum menjalankan ibadah puasa.


Sejarah Padusan


Menurut dari laman indonesia.go.id, tradisi padusan sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram Kuno. Awalnya, padusan dikenal dengan nama “amertabhujangga” yang berasal dari bahasa sansekerta. Artinya adalah mandi di air suci.


Pada masa kerajaan, tradisi ini dilakukan oleh para raja dan bangsawan untuk menjaga kesehatan dan kesucian tubuh.


Air yang digunakan pun harus berasal dari mata air yang dipercaya punya khasiat penyembuhan.


Selain sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan kesucian, tradisi ini juga dianggap sebagai bagian dari upacara keagamaan untuk meminta berkat dewa-dewi.


Selanjutnya, setelah masa kerajaan, tradisi ini dilestarikan oleh masyarakat Jawa Tengah. Meski awalnya hanya dilakukan oleh keluarga bangsawaan, seiring berjalannya waktu tradisi ini merambah ke semua kalangan.


Pada masa kolonial tradisi padusan sempat memudar, namun masih tetap dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat.


Barulah setelah Indonesia merdeka, padusan telah mendapat perhatian yang lebih besar. Bahkan, pemerintah Indonesia menetapkan padusan sebagai warisan budaya yang mesti dilestarikan.


Dalam perkembangannya, tradisi ini sempat mengalami beberapa perubahan. Seperti, beberapa daerah mengganti air yang digunakan untuk mandi dengan air yang diisi bahan-bahan herbal seperti jahe, kunyit, atau bunga melati. Hal itu dilakukan agar meningkatkan manfaat kesehatan.


Terlepas dari pergeseran dan perubahan tradisi padusan, diharapkan melalui tradisi ini generasi muda dapat mempelajari warisan budaya yang berharga dan memperkokoh jalinan kebersamaan dalam bingkai keberagaman Indonesia.


Tradisi ini adalah contoh nyata bagaimana kebudayaan dapat menjadi jembatan untuk menyatukan dan memperkaya kehidupan manusia.


Demikianlah informasi mengenai tradisi padusan. Semoga menambah wawasan Anda, ya.

×