Unit Investigasi Al Jazeera (I-Unit) telah melakukan analisis forensik terhadap peristiwa 7 Oktober 2023 yang dilakukan kelompok Hamas.
Serangan yang dilakukan Hamas tersebut diungkap sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Meski demikian, pihak Israel juga memberikan klaim palsu terhadap serangan tersebut.
Sebagaimana diberitakan Al Jazeera pada Kamis (21/3/2024), penyelidikan dilakukan I-Unit dengan memeriksa rekaman CCTV, kamera dasbor, telepon pribadi, dan kamera depan para pejuang Hamas yang terbunuh.
Tetapi, dari investigasi itu juga ditemukan bahwa banyak cerita yang muncul beberapa hari setelah serangan itu ternyata tidak benar.
Hal ini mencakup klaim kekejaman seperti pembunuhan massal dan pemenggalan kepala bayi serta tuduhan pemerkosaan yang meluas dan sistematis.
Kisah-kisah itu secara berulang kali digunakan oleh para politisi di Israel dan Barat untuk membenarkan keganasan pemboman di Jalur Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan hampir 32.000 orang.
Tidak dapat memastikan apakah mereka pria bersenjata atau sandera setelah melakukan analisis menyeluruh terhadap semua data yang tersedia.
I-Unit menyimpulkan bahwa klaim tentara Israel bahwa mereka menemukan delapan bayi yang terbakar di sebuah rumah di Kibbutz Be’eri tidaklah benar.
Analisis menemukan bahwa tidak ada bayi di dalam rumah tersebut, dan 12 orang di dalamnya hampir pasti dibunuh oleh pasukan Israel ketika mereka menyerbu gedung tersebut.
Ini adalah salah satu dari sejumlah insiden di mana polisi dan tentara tampak membunuh warga Israel.
I-Unit mengidentifikasi 19 korban seperti itu, namun angka sebenarnya mungkin lebih tinggi.
Mereka juga mengidentifikasi 27 tawanan yang tewas di antara rumah mereka dan pagar Gaza dalam keadaan yang belum dapat dijelaskan.
Sementara rekaman kamera senjata dari helikopter Apache Israel menunjukkan banyak serangan terhadap kendaraan dan individu yang sedang dalam perjalanan kembali ke Gaza.
"Kekhawatiran saya terhadap rekaman ini adalah kami tidak dapat memastikan apakah mereka adalah anggota Hamas atau sandera. Dan saya tidak yakin pilot helikopter, atau operator senapan mesin bisa mengetahuinya," kata Chris Cobb-Smith, seorang veteran tentara Inggris dan peneliti hak asasi manusia.
Ada rekaman menampilkan wawancara dengan Yossi Landau, komandan selatan Zaka, sebuah organisasi relawan yang bertugas mengumpulkan jenazah setelah kekerasan 7 Oktober 2023.
I-Unit menghadapkan Landau dengan bukti bahwa banyak cerita kekejaman yang disampaikan Zaka kepada media sangat dipertanyakan.
Selain itu, I-Unit juga memeriksa klaim bahwa kekerasan seksual yang meluas telah terjadi pada 7 Oktober.
I-Unit menyimpulkan bahwa meskipun pemerkosaan mungkin saja terjadi, tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung tuduhan bahwa pemerkosaan terjadi meluas dan sistematis.
"Untuk menunjukkan bahwa hal ini tersebar luas dan sistematis, kita memerlukan lebih banyak bukti daripada yang terungkap hingga saat ini dan lebih banyak bukti yang menguatkan daripada yang diungkapkan," ujar Madeleine Rees, sekretaris jenderal Liga Internasional Perempuan untuk Perdamaian dan Kebebasan.