Nasi adalah makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Di antara jenis nasi, nasi putih paling sering menjadi pilihan dengan tambahan lauk pauk, seperti daging atau sayuran.
Makanan ini memiliki tekstur cenderung pulen dan kaya akan karbohidrat yang memberi banyak energi untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
Namun, Medical News Today melaporkan, nasi putih tidak memberikan manfaat sebanyak yang diberikan nasi merah.
Hal tersebut lantaran kandungan nutrisi, seperti lemak, protein, serat, vitamin, dan mineral termasuk zat besi banyak hilang akibat proses penggilingan.
Bukan hanya itu, desas-desus yang menyebut nasi putih tak cukup baik untuk orang dengan kondisi tertentu seperti penderita diabetes pun kerap tersebar.
Lantas, apa saja efek samping nasi putih?
Efek samping nasi putih
Nasi putih dapat menjadi makanan sehat jika dikonsumsi sesuai dengan porsi yang aman dan tidak berlebihan.
Tambahan nutrisi juga bisa diperoleh dengan menambah lauk pauk bernilai gizi tinggi, yakni makanan mengandung protein, serat, vitamin, dan mineral.
Tak hanya mudah diolah, dilansir dari Healthshots, nasi putih juga sangat mudah dicerna oleh tubuh
Berbeda dengan beras merah, nasi putih tidak mengandung senyawa yang disebut asam fitat, sebuah antinutrisi yang menghambat penyerapan nutrisi dan memicu masalah pencernaan.
Kendati demikian, jika dimakan berlebihan, nasi putih memiliki beberapa efek samping bagi kesehatan, yakni:
1. Gula darah naik
Salah satu efek samping nasi putih adalah dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, masalah kesehatan yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi.
Efek samping tersebut juga sesuai dengan ulasan pada 2019, seperti dikutip Medical News Today.
Ulasan menyebutkan, bahan pangan ini memiliki skor indeks glikemik yang tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan lonjakan gula darah secara drastis setelah makan.
Makanan dengan indeks glikemik tinggi sendiri dapat meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes.
Oleh karena itu, orang dengan kadar gula dalam darah tinggi perlu membatasi asupan nasi putih dan menggantinya dengan makanan pokok lain, seperti nasi merah.
2. Risiko sindrom metabolik
Dilansir dari Healthline, terlalu banyak mengonsumsi nasi putih turut meningkatkan risiko sindrom metabolik.
Sindrom metabolik adalah sebutan untuk sekelompok faktor yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan stroke.
Faktor risiko tersebut meliputi tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, trigliserida tinggi, kolesterol baik yang rendah, serta garis pinggang melebar.
Sejumlah penelitian menunjukkan, orang yang rutin makan nasi putih dalam jumlah besar memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom metabolik, terutama orang dewasa di kawasan Asia.
Meski penelitian telah menemukan hubungan antara konsumsi nasi putih dan diabetes, tetapi hubungan antara nasi putih dan penyakit jantung masih belum jelas.
3. Tak dukung penurunan berat badan
Nasi putih berasal dari beras yang masih dalam kelompok biji-bijian. Kelompok makanan ini erat dikaitkan dengan proses penurunan berat badan.
Namun, manfaat menurunkan berat badan tersebut tidak berlaku jika mengonsumsi nasi putih, terutama dalam porsi berlebihan.
Pasalnya, nasi putih kaya akan karbohidrat tanpa diimbangi nutrisi penting lain, seperti serat, protein, dan vitamin.
Mengonsumsi terlalu banyak nasi tanpa diimbangi lauk pauk bergizi pun secara tidak sadar membatasi tubuh menerima untuk nutrisi lain.
Seiring waktu, tubuh juga berpotensi mengalami kekurangan, seperti vitamin A, seng, dan zat besi.
4. Potensi kontaminasi arsenik
Padi, tanaman yang membuahkan olahan nasi putih, di beberapa belahan dunia dapat terkontaminasi arsenik.
Arsenik sendiri merupakan senyawa kimia yang dapat ditemukan dalam air, udara, dan tanah secara alami.
Masih menurut Healthline, tanaman padi mengakumulasi lebih banyak arsenik daripada tanaman pangan lainnya.
Kondisi ini berpotensi menjadi masalah jika tanah, air, atau sumber udara sekitar telah terkontaminasi arsenik.
Asupan arsenik yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.
Bukan hanya itu, senyawa ini juga beracun bagi saraf dan dapat memengaruhi fungsi otak manusia.