Pasar saham Jepang yang menguat seolah "menantang" kondisi ekonomi yang sedang suram.
Indeks acuan Nikkei 225 Jepang ditutup di atas 38.000 poin untuk hari kedua berturut-turut.
Level tersebut merupakan puncak bersejarah yang terakhir dicapai pada Desember 1989.
Penguatan pasar saham Jepang terjadi di tengah kemelut pada ekonomi yang membuat Negeri Sakura itu jatuh ke jurang resesi pada 2023.
Hal ini sekaligus membuat Jepang harus turun peringkat dari tiga besar negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Ahli Strategi Japanmacro Neil Newman menerangkan, reli saham Jepang selama 9 bulan belakangan tidak ada hubungannya dengan perekonomian.
"Oleh karena itu, lemahnya PDB (Produk Domestik Bruto) pada kuartal IV-2023 dan menyusutkan perekonomian dalam dollar AS karena pelemahan yen tidak mengalangi investor.
Ia menambahkan, investor internasional justru menaruh minat pada peluang yang tercipta di tengah pelemahan yen.
Mata uang Jepang Yen telah melemah 6 persen terhadap dollar AS sepanjang tahun ini.
Hal tersebut membuat saham perusahan Jepang jadi lebih murah bagi investor asing.
Sebagai informasi, ekonomi Jepang memang masuk ke dalam resesi teknis. Data pemerintah Jepang menunjukkan, perekonomian Negeri Sakura tersebut mengalami kontraksi tak terduga pada periode Oktober-Desember 2023.
Hal tersebut terjadi lantaran inflasi yang tinggi menghambat permintaan domestik dan konsumsi swasta.
Jepang menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia saat ini.
Resesi teknis terjadi karena Jepang telah mencatat penurunan berturut-turut pada produk domestik bruto (PDB) secara kuartalan yang kedua.
Dengan begitu, Jepang dinyatakan terjerumus ke dalam resesi teknis.