Meskipun pemilihan presiden masih sembilan bulan lagi, Donald Trump pada Selasa (6/2/2024) mulai memainkan peran dan pengaruh yang luar biasa dalam upaya mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) sesuai ambisinya untuk kembali ke Gedung Putih.
Meskipun telah menjadi warga sipil sejak meninggalkan jabatannya tahun 2021, Trump saat ini kembali mencalonkan diri menjadi presiden dan mendorong partainya menolak RUU yang mengaitkan langkah-langkah keamanan perbatasan yang paling ketat dalam satu generasi dengan bantuan $60 miliar untuk Ukraina.
“Jangan Bodoh!!! Kita memerlukan RUU Perbatasan dan Imigrasi yang terpisah. Ini tidak boleh dikaitkan dengan bantuan luar negeri dengan cara apapun!” begitu tulis Trump di media sosial, seperti yang dilaporkan oleh Arab News, Selasa (6/2).
Biden dan Trump memiliki pendekatan yang sangat berbeda terhadap Ukraina, dengan Demokrat yakin bahwa membantu sekutu pro-Barat menahan serangan Rusia sangat penting untuk memastikan dunia yang lebih aman, sementara pendahulunya mendorong kebijakan isolasionis "America First".
Di dalam negeri, Biden mendorong kebijakan imigrasi yang manusiawi, tetapi Republikan memamerkan data statistik yang menunjukkan penangkapan imigran mencapai rekor tertinggi sebanyak 302.000 pada Desember 2023, lonjakan yang telah diangkat Trump sebagai isu utama dalam kampanyenya.
Tuntutan agar bantuan militer untuk Ukraina dikaitkan dengan reformasi imigrasi sebenarnya berasal dari Republikan, dengan Trump berusaha menyamakan krisis di perbatasan dengan kekacauan di luar negeri yang katanya akan dihindarinya.
Pada hari Minggu (4/2), senator mengungkapkan paket imigrasi bipartisan senilai $118 miliar yang mengandung pembatasan imigrasi yang sudah dijanjikan Biden untuk disahkan menjadi undang-undang.
Ini terkait dengan paket bantuan luar negeri yang mencakup $60 miliar untuk Ukraina dan $14 miliar untuk Israel.
Kesepakatan tersebut menyediakan $20 miliar pendanaan perbatasan baru dan akan menjadi kemenangan besar bagi para pendukung kebijakan imigrasi yang ketat, karena penuh dengan konsesi yang biasanya akan ditentang oleh Demokrat.
“Kami tidak memiliki cukup agen. Kami tidak memiliki cukup orang. Kami tidak memiliki cukup hakim. Anda tidak memiliki cukup orang di sini. Kami memerlukan bantuan. Mengapa mereka tidak memberi saya bantuan?” kata Biden pada hari Senin (5/2) ketika ditanya tentang prospek RUU tersebut.
Namun, Trump memiliki pengaruh besar di kalangan Republikan yang memimpin Kongres. Ia telah berkali-kali mendesak partainya untuk 'membunuh' legislasi tersebut dan menggagalkan kemenangan politik Biden serta Demokratnya menjelang pemilihan November.
“RUU ini adalah hadiah besar bagi Demokrat, dan ancaman bagi Partai Republik,” kata Trump di situs web Truth Social miliknya.
Beberapa anggota Kongres AS dari distrik yang dimenangkan Biden telah menyuarakan kekhawatiran tentang menarik diri dari kesepakatan ini. Terutama ketika partai berencana untuk menyelidiki Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas pekan ini terkait krisis di perbatasan.
Namun, kemenangan telak Trump dalam pemilihan pendahuluan awal dalam pemilihan presiden Republik telah memperkuat dukungan terhadap pencalonannya, dengan lebih dari 150 anggota Kongres sekarang mendukungnya.
Ujian kritis bagi RUU tersebut akan menjadi suara prosedural pertamanya, yang diharapkan pada hari ini Rabu (7/2) yang akan memerlukan dukungan dari 60 senator di ruang sidang yang hampir merata terbagi antara dua partai.
Meskipun berhasil melewati rintangan tersebut, Ketua Kongres Mike Johnson, yang berbicara secara teratur dengan Trump, mengatakan kesepakatan itu akan "mati saat tiba" jika mencapai badan legislatif yang dikuasai oleh kubu Republik.
Adapun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan pekan lalu bahwa semua kemajuan Ukraina selama dua tahun berjuang akan amblas tanpa persetujuan AS terhadap $60 miliar tersebut.
Sementara Trump lebih fokus mengkritik aspek domestik RUU, para kritik melihat penolakannya sebagai contoh lain dari miliarder kontroversial itu menempatkan ambisi pemilihan di atas keamanan nasional dalam konteks Ukraina.
Sebelumnya Trump di-makzulkan tahun 2019 karena upayanya memaksa Kiev agar mencemarkan nama baik Biden, sementara ia menahan $400 juta bantuan militer yang sudah disetujui Kongres untuk sekutu yang sedang berjuang.
Kelompok pemikir berpengaruh Eurasia Group dalam ramalan risiko keamanan untuk tahun 2024 menyatakan bahwa kemenangan Trump pada bulan November 2023 akan "menggugurkan komitmen AS terhadap NATO dan kemungkinan mengakhiri dukungan AS untuk Ukraina."
"Keduanya akan mengirimkan gelombang kejut pada lanskap keamanan Eropa yang rapuh dan memicu ketakutan eksistensial di kalangan warga Eropa terutama di wilayah timur NATO."