Nilai tukar rupiah ditutup menguat 45 poin ke level Rp 15.589 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan sore ini, Kamis, 22 Februari 2024.
Analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi rupiah bergerak fluktuatif dan ditutup menguat pada perdagangan besok yang berada di rentang Rp 15.550 hingga Rp 15.620 per dolar AS.
Dalam riset hariannya, Ibrahim menjelaskan soal risalah pertemuan Bank Sentral AS alias The Fed pada akhir Januari yang menunjukkan bahwa bank tersebut tidak terburu-buru untuk mulai menurunkan suku bunga lebih awal.
“Gagasan ini diamini oleh sejumlah pejabat The Fed pada minggu ini, yang menyebutkan kekhawatiran atas inflasi yang stagnan dan kuatnya perekonomian AS,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis.
Komentar tersebut, kata dia, membuat sebagian besar pedagang menghapus ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Maret dan Mei, sekaligus meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil pada Juni mendatang.
Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang sebesar 53,6 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juni, dan peluang sebesar 28,7 persen agar suku bunga tetap stabil. “Yang terakhir ini naik dari peluang 19,7 persen yang terlihat minggu lalu,” tururnya.
Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20-21 Februari 2024. Suku bunga Deposit Facility juga tetap berada di level 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.
Selain itu, ia menyoroti Bank Indonesia yang memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dari prakiraan, yakni di kisaran 4,7 hingga 5,5 persen pada tahun ini.
Pada triwulan IV-2023 pertumbuhan tercatat sebesar 5,04 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,94 persen (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2023 mencapai 5,05 persen (yoy).
“Prospek ini dipengaruhi oleh membaiknya ekspor sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia, serta tetap baiknya permintaan domestik didukung oleh positifnya keyakinan pelaku ekonomi,” kata dia.
Adapun Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan, khususnya melalui kebijakan makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran, serta bersinergi dengan stimulus fiskal Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan domestik.