Negara-negara elite Asia seperti Jepang dan Korea Selatan gagal menjadi kampiun Piala Asia 2023 dan harus tersingkir di fase gugur.
Piala Asia 2023 dipastikan tanpa perwakilan dari negara-negara Asia Timur seperti China.
Pasalnya, wakil Asia Timur terakhir yakni Korea Selatan harus angkat koper usai digebuk Yordania dengan skor 0-2 pada babak semifinal Piala Asia 2023, Selasa (6/2/2024).
Korea Selatan tersisih akibat gol dari Yazan Al-Naimat (53') dan Musa Al-Taamari (66'). Korea Selatan pun harus puasa gelar Piala Asia lebih lama setelah terakhir mereka menangi pada 1960.
Gugurnya Korea Selatan menyusul "saudara"-nya, Jepang, yang lebih dulu pulang kampung.
Jepang mesti tersingkir setelah kalah 1-2 dari Iran pada babak perempat final. Sempat unggul lebih dulu melalui Hidemasa Morita pada menit ke-28, Jepang tak kuasa membendung Iran.
Iran mencetak 2 gol pada babak kedua melalui Mohammad Mohebi (55') dan eksekusi penalti Alireza Jahanbaksh (90+6').
Kekalahan Jepang menjadi kejutan, sebab Negeri Matahari Terbit merupakan pemegang gelar juara Piala Asia terbanyak yakni 4 kali.
Namun hasil itu tak terlalu mengejutkan, sebab Iran juga bukan tim sembarangan. Mereka mencatat 3 gelar juara serupa Arab Saudi.
Kini Iran berpeluang menambah pundi-pundi gelarnya karena akan melawan tuan rumah Qatar pada babak semifinal Piala Asia 2023, Rabu (7/2/2023).
Pemenang laga Iran vs Qatar akan menantang Yordania yang sudah menunggu di babak final.
Piala Asia 2023 seolah menjadi peruntuh dominasi negara-negara Asia Timur di gelaran tertinggi Benua Kuning ini.
Dalam 3 edisi terakhir, Jepang dan Korea Selatan selalu sukses menembus babak final Piala Asia, meskipun tak semuanya berakhir dengan gelar juara.
Kali terakhir tak ada Jepang/Korea Selatan di final Piala Asia adalah pada 2007 saat digelar di Indonesia.
Kala itu, Arab Saudi bersua Irak di babak final, yang berjung gelar juara perdana dan satu-satunya buat Irak.
Lunturnya dominasi Jepang dan Korea Selatan di Piala Asia bukannya tanpa sebab. Ada beberapa faktor yang membuat 2 negara ini mulai bisa dikejar oleh negara-negara lain, utamanya dari Timur Tengah.
Berikut faktor runtuhnya dominasi Jepang dan Korea Selatan:
Faktor Kekalahan Jepang dan Korea Selatan
1. Lini Pertahanan Buruk
Jepang dan Korea Selatan sama-sama punya lini belakang yang buruk di Piala Asia 2023.
Sejak fase grup hingga semifinal, Korea Selatan telah kebobolan 10 gol dalam 6 pertandingan saja. Artinya, secara rata-rata Taeguk Warriors kebobolan 1,67 kali tiap laga.
Hal serupa terjadi dengan Jepang. Anak asuh Hajime Moriyasu itu kebobolan 8 gol dalam 5 pertandingan.
Saking buruknya pertahanan kedua tim, Jepang dan Korea Selatan tak pernah mencatat cleansheet. Termasuk saat melawan tim-tim Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia.
2. Kiper Kurang Meyakinkan
Di kubu Jepang, kiper keturunan, Zion Suzuki, masih terlalu hijau untuk jadi pilihan utama.
Baru berusia 21 tahun, Suzuki belum banyak teruji di level tertinggi. Tunisia menjadi lawan terberat yang dihadapi Suzuki bersama timnas Jepang.
Suzuki kian disoroti setelah membuat blunder saat melawan Iran di perempat final. Kesalahannya memberi umpan berujung gol penyeimbang buat Iran.
Dari Korea Selatan, permasalahan dialami ketika kiper utama Kim Seung-gyu cedera. Kim hanya bermain pada laga pertama ketika Korea Selatan menang 3-1 atas Bahrain.
Setelah laga itu Kim menghilang dari susunan pemain Korea Selatan lantaran menjalani perawatan cedera.
Posisinya digantikan oleh Jo Hyeon-woo yang statusnya adalah kiper kedua di timnas Korea Selatan saat ini.
Tanpa keberadaan kiper utama membuat pertahanan Korea Selatan limbung. Terbukti, mereka 3 kali kebobolan saat melawan Malaysia dan gagal meraih kemenangan.
3. Negara Timur Tengah yang Naik Kelas
Diakui kapten timnas Korea Selatan, Son Heung-min, negara-negara di Timur Tengah sudah menunjukkan peningkatan level di Piala Asia 2023.
Dia mengatakan, seluruh peserta Piala Asia 2023 memiliki kekuatan yang berimbang. Sehingga siapapun yang tak siap, pasti akan kalah dalam pertandingan.
"Saya tidak punya penyesalan karena sudah memberikan segalanya. Ini kompetisi yang berat. Level sepak bola Asia semakin tinggi," kata Son Heung-min usai laga kontra Yordania.
Negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Qatar juga mulai dilirik oleh pesohor sepak bola dunia.
Misalnya di Arab Saudi, pemain top dunia semisal Cristiano Ronaldo, Neymar, dan Hakim Ziyech kini berlaga di Liga Arab Saudi.
Hal itu membuat sepak bola di Timur Tengah naik kelas karena mendapat mentor dari pemain-pemain terbaik dunia.