Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, telah mendarat di Ibu Kota Qatar, Doha, untuk membicarakan soal keberlanjutan gencatan di Jalur Gaza. Abbas dijadwalkan bertemu dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, yang telah berperan besar dalam upaya mediasi antara Israel dan Hamas.
Menurut laporan kantor berita Palestina, Wafa, Abbas akan bertemu dengan Al-Thani pada Senin (12/2). Namun, tidak disebutkan apakah Abbas juga akan bertemu dengan pemimpin Hamas — kelompok yang telah lama berselisih dengan Abbas dan militan penguasa Tepi Barat, Fatah.
Dalam siaran radio Voice of Palestine pada Minggu (11/2), Duta Besar Palestina untuk Qatar Munir Ghannam mengatakan, Abbas dan Emir Qatar akan membahas upaya-upaya untuk mengamankan gencatan senjata dengan Israel di Gaza.
Selain itu, pembahasan soal langkah-langkah meningkatkan pasokan bantuan memasuki wilayah kantong tersebut juga tercantum dalam agenda pertemuan Abbas dan Emir Qatar.
Adapun Qatar telah menjadi destinasi untuk pengasingan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, serta pejabat tinggi Hamas lainnya seperti Khaled Meshaal menangani urusan diaspora di biro politik kelompok militan Palestina ini.
"Qatar berperan penting dalam upaya dan mediasi internasional untuk mencapai gencatan senjata. Oleh karena itu, koordinasi dengan Qatar, juga dengan Mesir, menjadi sangat penting, untuk mengakhiri agresi terhadap rakyat kami," ungkap Ghannam, seperti dikutip dari Reuters.
Adapun kesepakatan gencatan senjata pertama dan terakhir kalinya berlangsung selama tujuh hari pada November lalu. Saat itu, ratusan tahanan Palestina — sebagian besar dipenjara tanpa dakwaan, telah ditukar dengan puluhan tawanan Israel.
Namun, gencatan senjata sejauh ini gagal diperpanjang. Agresi Israel yang semakin membabi-buta tanpa henti menggempur penjuru Gaza, hingga menyebabkan kerusakan infrastruktur sebesar 60 persen dan membuat lebih dari 85 persen warga Gaza kehilangan tempat tinggal.
Dalam beberapa pekan terakhir, Qatar dan Mesir selaku mediator, telah berjibaku membicarakan soal bagaimana masa depan gencatan senjata dan cara-cara agar kekerasan bisa berhenti.
Saat berada di Ibu Kota Mesir, Kairo, pada Kamis (8/2) delegasi Hamas telah mengusulkan gencatan senjata selama 135 di Gaza yang terbagi dalam tiga tahap. Mereka pun menyetujui usulan membebaskan lebih banyak sandera.
Namun, Israel menolak mentah-mentah usulan tersebut. Dijelaskan, para zionis akan terus berperang selama markas-markas militer milik Hamas masih bersarang di bawah Gaza yang diklaim Israel saat ini berada di bawah tanah wilayah Rafah.