Gerakan perlawanan Palestina, Hamas memuji serangan penembakan pada Kamis (22/2/2024) yang menewaskan seorang tentara Israel dan melukai 11 lainnya di dekat Yerusalem Timur.
Kabar lainnya menyebut kalau jumlah korban luka-luka adalah delapan orang dan korban tewas berstatus sebagai tentara pendudukan Israel.
Hamas menyebut serangan itu sebagai “respons normal terhadap pembantaian oleh Israel” di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Menurut polisi Israel, tiga warga Palestina melepaskan tembakan di dekat pemukiman Maale Adumim pada Kamis pagi. Ketiganya ditembak mati oleh pemukim Israel.
''Rakyat kami akan terus melawan pendudukan di seluruh Palestina sampai kemenangan penuh dan pemulihan hak-hak kami, termasuk pembentukan negara kami sendiri dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya,'' kata Hamas dalam sebuah pernyataan dilansir Anadolu.
Hamas juga menegaskan kalau pembatasan Israel terhadap masuknya jamaah Palestina ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki “tidak akan membawa keamanan bagi Israel.”
Hamas meminta warga Palestina untuk ''meningkatkan konfrontasi dengan pendudukan dan pemukimnya di seluruh wilayah tanah air mereka dan di Yerusalem.''
Ketegangan meningkat di seluruh wilayah Palestina di tengah serangan mematikan Israel di Jalur Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober.
Setidaknya 29.410 warga Palestina telah terbunuh dan hampir 70.000 lainnya terluka, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini telah terbunuh.
Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Untuk pertama kalinya sejak pembentukannya pada tahun 1948, Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, badan peradilan tertinggi PBB.
Keputusan sementara pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.