Unit Khusus Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) melakukan pawai dengan berjalan kaki, menempuh jarak dari ibu kota, Sanaa, ke provinsi pesisir Hodeidah di sepanjang Laut Merah di Yaman barat.
Para peserta menempuh jarak 200 km yang dijuluki “Kemenangan yang Dijanjikan dan Jihad Suci,” yang berasal dari kewajiban agama dan moral Sanaa untuk menghadapi apa yang dijuluki “tiga serangkai kejahatan,” yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, dan “Israel”.
Komando militer Sanaa telah memerintahkan beberapa pawai dan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapan tempur pasukannya dan menyempurnakan kemampuan mereka, ketika YAF meluncurkan kampanye skala besar untuk mendukung rakyat Palestina dan Perlawanan mereka.
Di antara acara-acara ini adalah latihan yang ditujukan untuk unit anti-lapis baja, unit komando, dan pasukan mobilisasi rakyat.
Pawai terakhir ini berlangsung selama enam hari berturut-turut, ketika anggota pasukan khusus tanpa henti berbaris menuju tujuan akhir mereka sambil membawa beban masing-masing seberat 35kg.
Anggota pasukan menegaskan bahwa mereka siap untuk melakukan dan melaksanakan arahan kepemimpinan Ansar Allah, yang dipimpin oleh Sayyed Abdul-Malik al-Houthi, serta perintah Dewan Politik Tertinggi Sanaa.
Peristiwa ini terjadi bersamaan dengan agresi yang dilancarkan AS-Inggris terhadap Yaman , dengan dalih menjamin keamanan jalur perdagangan maritim internasional. Namun, agresi tersebut menghasilkan efek sebaliknya dan malah menyebabkan militerisasi jalur air oleh kedua negara Barat tersebut.
Beberapa serangan yang dilancarkan di wilayah Yaman menyebabkan Angkatan Laut Angkatan Bersenjata Yaman mengambil tindakan pembalasan dan menargetkan aset angkatan laut AS dan Inggris, serta kapal dagang yang berafiliasi dengan AS atau Inggris.
Awalnya YAF berjanji untuk hanya menargetkan kapal-kapal Israel atau kapal-kapal yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan yang diduduki Israel di Palestina, sebagai tanggapan terhadap agresi pendudukan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Rangkaian operasi YAF yang paling menonjol terjadi antara tanggal 18 dan 19 Februari, di mana pasukan Angkatan Laut dan Pertahanan Udara YAF menargetkan total tiga kapal dagang di Laut Merah dan menjatuhkan drone MQ-9 yang dioperasikan AS.
Salah satu kapal yang menjadi sasaran pada 18 Februari dianggap tidak beroperasi dan hingga saat ini masih setengah tenggelam di Laut Merah. Kapal tersebut diidentifikasi sebagai RUBYMAR milik Inggris dan dikatakan membawa amonium nitrat dalam jumlah besar.