Pasukan Israel menyerang sebuah kamp pengungsi di Tepi Barat pada Minggu (18/2/2024). Akibatnya, dua pria Palestina tewas.
Kematian tersebut merupakan yang terbaru dalam gelombang kekerasan di wilayah Palestina sejak serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang memicu perang Gaza.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menggambarkan situasi di Tepi Barat berada pada titik didih dan memperingatkan adanya pontensi perang.
Dikutip dari AFP, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dua pria, berusia 19 dan 36 tahun, dinyatakan meninggal akibat luka tembak setelah serangan tentara di kamp pengungsi Tulkarm, di utara Tepi Barat, yang menurut PBB menampung lebih dari 27.000 pengungsi Palestina.
Setidaknya lima orang lainnya terluka dalam operasi militer Israel, menurut Bulan Sabit Merah Palestina.
Militer Israel mengatakan pasukannya berada di sana untuk menangkap seorang tersangka senior yang dicari dan diyakini terlibat dalam serangan terhadap pasukannya dan pembunuhan individu di Tulkarem yang dicurigai bekerja sama dengan pasukan keamanan Israel.
"Tersangka dibunuh oleh pasukan Israel dalam baku tembak, kemudian milisi bersenjata melepaskan tembakan dan melemparkan alat peledak ke pasukan keamanan Israel, yang membalas dengan tembakan tajam," kata tentara dalam sebuah pernyataan.
"Selama baku tembak, seorang petugas Polisi Perbatasan Israel terluka parah dan dirawat di rumah sakit," imbuhnya.
Diketahui, militer Israel telah meningkatkan serangannya hampir setiap hari di Tepi Barat setelah serangan mematikan di Israel selatan pada bulan Oktober.
Setidaknya 398 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel atau pemukim Israel di Tepi Barat sejak 7 Oktober, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Militer Israel mengatakan pada hari Jumat bahwa sejak dimulainya perang Gaza, pasukannya telah menangkap lebih dari 3.100 warga Palestina di Tepi Barat, termasuk 1.350 anggota Hamas.
Israel merebut Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur yang kemudian dianeksasi dan Jalur Gaza pada tahun 1967 selama Perang Enam Hari.
Sekitar tiga juta warga Palestina tinggal di wilayah tersebut bersama sekitar 490.000 warga Israel di permukiman yang dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional.
Palestina menginginkan wilayah tersebut sebagai jantung negara merdeka di masa depan.