Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Netanyahu Perintahkan Militer Israel Serang Gaza Selatan,PBB Tegaskan Tak Ikut Evakuasi Warga Sipil

Februari 13, 2024 Last Updated 2024-02-13T08:55:34Z


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak akan ikut serta dalam setiap pemindahan paksa warga Palestina yang saat ini tinggal di Rafah.


Hal ini disampaikan oleh juru bicara Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, Stephane Dujarric, Senin (12/2/2024).


Menurut PBB, kini tidak ada tempat yang aman di Gaza bagi warga sipil untuk pergi.


Stephane Dujarric mengatakan, PBB ingin memastikan bahwa apapun yang terjadi dilakukan dengan menghormati hukum internasional, dengan menghormati sepenuhnya perlindungan warga sipil.


“Kami tidak akan menjadi pihak yang melakukan pemindahan paksa,” tegas Dujarric, Selasa (13/2/2024), dilansir The Times of Israel.


“Saat ini, tidak ada tempat yang aman di Gaza.”

“Anda tidak dapat mengirim orang kembali ke daerah yang penuh dengan persenjataan yang tidak meledak, apalagi kurangnya tempat berlindung,” jelasnya, mengacu pada bagian utara dan tengah Jalur Gaza.


Dujarric kembali menegaskan, bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza masih belum mencukupi.


Ia lantas memperingatkan bahwa persediaan yang tersedia “mungkin hanya bertahan beberapa hari.”


Diberitakan The Guardian, komentar Dujarric muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer Israel untuk bersiap menghadapi invasi militer ke Rafah.


PM Israel telah memerintahkan militer untuk mempersiapkan serangan di Kota Gaza selatan.


Netanyahu berjanji untuk menyediakan 'lintasan yang aman' bagi jutaan warga sipil yang tinggal di kota padat tersebut.


Namun, Netanyahu tidak merinci ke mana tepatnya warga sipil akan dievakuasi.


Amerika Serikat (AS) telah mendesak Israel untuk membuat rencana yang 'kredibel' untuk melindungi warga sipil di Rafah sebelum melancarkan serangan.


Di sisi lain, Israel telah menolak klaim kekurangan pasokan di Jalur Gaza.


Israel menuduh bahwa masalah yang ada disebabkan oleh ketidakmampuan PBB untuk mendistribusikan barang-barang tersebut dengan benar begitu mereka memasuki wilayah kantong tersebut.


Update Perang Israel-Hamas


Dilansir Al Jazeera, setidaknya 67 warga Palestina tewas dalam serangan udara dan laut Israel di Rafah pada Senin pagi, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.


Tentara Israel mengatakan mereka menyelamatkan dua tawanan dari sebuah rumah di lingkungan Shaboura di Rafah dalam semalam, namun Hamas mengecilkan operasi tersebut.


Hamas mengatakan tiga tawanan lagi yang ditahannya tewas dalam serangan udara Israel.


PBB memperingatkan “tingkat kerawanan pangan akut, kelaparan, dan kondisi hampir mirip kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza”.


Serangan darat Israel yang direncanakan di Rafah akan “meledakkan” perundingan pertukaran tawanan, saluran televisi Al-Aqsa mengutip pernyataan seorang pemimpin senior Hamas.


UNRWA melaporkan wabah hepatitis A dan tingginya angka diare di Rafah.


Hamas mengatakan para pejuangnya telah membunuh 10 tentara Israel dari “jarak nol” di Khan Younis.


Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memuji pembebasan dua tawanan di Rafah sebagai “titik balik” dalam perang tersebut, namun Hamas menganggap operasi tersebut sebagai “taktik” Israel untuk menyembunyikan kekalahan.


Jaksa ICC menyatakan keprihatinan atas potensi serangan darat oleh pasukan Israel di Rafah.


Serangan Israel di Gaza telah menewaskan 28.340 warga Palestina dan melukai 67.984 lainnya sejak 7 Oktober 2023.


Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang.

×