Pengadaan Alutsista Indonesia menjadi salah satu bentuk upaya pemerintah untuk mempertahankan wilayah dari serangan asing.
Sebagaimana diketahui, Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut kena getah dalam konflik Luat China Selatan. Melansir dari Sekretariat Nasional Asean, Indonesia sendiri sebenarnya telah menegaskan posisinya terkait Laut China Selatan (LCS).
RI berani menolak klaim China dengan mengatakan hal tersebut jelas tidak memiliki dasar hukum internasional.
Bahkan Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mengirim surat protes, meskipun zona ekonomi eksklusif (EEZ) di Laut Natuna Utara terletak berdekatan dengan perairan yang sangat disengketakan.
Dalam surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada tahun 2020 lalu, Indonesia menunjukkan "batas sembilan garis" yang dikeluarkan oleh Beijing tidak memiliki dasar hukum internasional dan bertentangan dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS 1982).
Bukan hanya soal sikap, Indonesia juga telah membekali wilayah perairan dengan monster laut yang luar biasa. Alutsista Indonesia ini diklaim mampu membuat asing berpikir dua kali untuk menyerang atau beraktivitas di dekat Natuna Utara.
Dilansir dari Indonesia.go.id, untuk memperkuat pertahanan maritim, pemerintah melalui kementerian pertahanan melakukan modernisasi terhadap 41 unit kapal perang di galangan milik PT PAL dan akan dituntaskan dalam dua tahap, akhir 2023 dan 2024.
Menurut Menhan Prabowo, sebanyak 27 unit di antaranya bakal rampung di akhir 2023.
"Paling cepat, ke-27 kapal perang hasil modernisasi itu akan diserahkan kepada TNI-AL pada 5 Oktober 2023. "Kita sedang modernisasi 41 kapal perang. Saya berharap 5 Oktober atau paling lambat pada Hari Armada RI 5 Desember 2023 sudah siap 27 kapal. Mudah-mudahan akan bertambah terus kesiapan kita," ujar purnawirawan bintang tiga tersebut.
Bukan saja modernisasi, Kemhan juga sudah menyepakati pembelian sejumlah fregat, kapal selam, dan kapal peluru kendali (rudal).
Semua itu, kata mantan Panglima Kostrad TNI-AD tersebut, sudah masuk dalam prioritas pemerintah. Khusus kapal fregat, 50 persen dari armada fregat TNI-AL adalah buatan Belanda dan sudah berusia di atas separuh abad.
Monster Laut Indonesia untuk Natuna Utara
Selain itu, Kemhan juga telah sepakat untuk membeli delapan unit fregat berat dari produsen kapal asal Italia, Fincantieri.
Enam unit merupakan fregat kelas FREMM, sementara dua unit lainnya merupakan bekas fregat kelas Maestrale yang telah diretrofit oleh Fincantieri. Informasi ini diumumkan melalui siaran pers perusahaan yang berbasis di Trieste pada 10 Juni 2021.
Dalam rilis persnya, Fincantieri juga menyampaikan bahwa mereka terbuka untuk bekerja sama dengan PT PAL Indonesia dalam proses produksi.
Giuseppe Bono, CEO Fincantieri, menyatakan bahwa pembelian delapan unit fregat oleh Indonesia memiliki arti strategis dan membuka peluang kerja sama untuk proyek lainnya. Fincantieri sendiri sudah membangun 10 unit kapal FREMM untuk Angkatan Laut Italia.
Fregat kelas FREMM merupakan hasil kolaborasi antara teknologi kapal Italia dan Naval Group, produsen ternama asal Prancis.
Kapal-kapal ini memiliki panjang 140 meter, lebar 20 meter, dan dapat mengangkut 108 awak dan perwira. Mereka dilengkapi dengan sistem pertahanan udara rudal SAAM Aster 15 kaliber NATO dan rudal anti-kapal Teseo Mk2.
Kapal-kapal ini juga dilengkapi dengan sistem peluncuran vertikal DCNS A43 dan sistem radar kapal seperti suite sonar Thales Type 4110 dan sonar derek aktif frekuensi sangat rendah, Thales Type 4929.
Selain itu, kapal-kapal ini juga dilengkapi dengan peralatan canggih lainnya, seperti radar kontrol tembakan EMPAR multifungsi dan sistem kendali pelacak inframerah (IRST) dari Galileo Avionica SASS.
Alutsista Indonesia dari Inggris
Selain dari Italia, Indonesia juga akan membeli lisensi produksi dua unit fregat kelas Arrowhead 140 dari produsen asal Inggris, Babcock. Kontrak pembelian ini telah dilakukan sejak Mei 2021 dan rencananya kapal-kapal ini akan diproduksi di PT PAL Indonesia, Surabaya dalam waktu 69 bulan.
Tidak hanya fregat, Indonesia juga telah memesan dua unit kapal selam kelas Scorpene beserta persenjataan, suku cadang, dan pelatihan dari Naval Group.
Kesepakatan ini dilakukan antara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly pada tanggal 10 Februari 2022 di Jakarta. Prancis juga setuju bahwa produksi kapal-kapal selam ini akan dilakukan di PT PAL Indonesia dengan pengawasan dari Naval Group.
PT PAL Indonesia sendiri sudah memiliki pengalaman dalam memproduksi satu unit kapal selam kelas Chang Bogo dengan lisensi dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) Korea Selatan.
Kapal selam buatan PT PAL Indonesia yang diberi nama KRI Alugoro-405 diresmikan pada 17 Maret 2021 dan merupakan bagian dari pembelian tiga unit kapal selam dari DSME. Dua unit lainnya, yaitu KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadedali-404, dibangun di galangan kapal DSME di Pulau Geoje, Gyeongsang, Korea Selatan.
Namun, kelas Scorpene memiliki teknologi yang lebih mutakhir dibandingkan Chang Bogo dan dirancang sebagai kapal selam perang menengah.
Kelas Scorpene, yang merupakan pengembangan dari kapal selam Riachuelo untuk Angkatan Laut Brasil, dirancang bersama dengan perusahaan Spanyol, Navantia. Kapal ini memiliki berat 1.800 ton, panjang 75 meter, dan dilengkapi dengan teknologi Air-Independent Propulsion (AIP) yang memungkinkan kapal dapat berpatroli selama 70 hari.
Kapal ini juga dapat membawa 30 ranjau laut, 18 torpedo berat, atau rudal Exocet yang bisa digunakan untuk melawan kapal permukaan, kapal selam, dan misil permukaan. Kapal ini juga dilengkapi dengan tabung peluncur torpedo yang dapat melakukan peluncuran salvo secara otomatis.
Dengan masuknya kapal selam kelas Scorpene ke dalam armada TNI AL, Indonesia akan memiliki enam unit kapal selam. Sesuai dengan rencana MEF (Minimum Essential Force), Indonesia harus memiliki 12 unit kapal selam.
Namun, minat Indonesia untuk memperkuat angkatan lautnya tidak berhenti di sini. Masih banyak kapal perang dan peralatan canggih lainnya yang siap untuk dibeli demi menjaga keutuhan wilayah maritim dan memastikan keberhasilan Indonesia di lautan.