PT MRT Jakarta (Perseroda) angkat bicara terkait kondisi perekonomian Jepang yang tengah mengalami resesi dan risiko dampaknya terhadap pendanaan proyek MRT Jakarta.
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat menilai, resesi ekonomi Jepang tidak akan berdampak terhadap kelanjutan proyek MRT Jakarta di Indonesia. Dirinya optimistis progres pengerjaan maupun dukungan pendanaan Jepang untuk MRT Jakarta akan tetap berjalan optimal.
"Insyaallah aman, karena sudah beda tahun dan anggaran pemerintah Jepang sudah berlangsung," kata Tuhiyat di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Tuhiyat menuturkan, pemerintah Jepang telah menyediakan porsi khusus investasi pada anggarannya, seperti untuk membangun MRT Jakarta. Dia mencontohkan, saat ini pihaknya tengah menunggu penandatanganan kontrak pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk MRT Jakarta East-West Line fase 1 tahap 1.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia dan JICA telah menandatangani risalah pembahasan penilaian atau Minutes of Discussion (MoD of Appraisal Mission) proyek tersebut pada November 2023.
Tuhiyat menargetkan, penandatanganan kontrak pinjaman itu rencananya akan dilakukan pada April 2024 mendatang. Pinjaman tersebut akan efektif sekitar 3 bulan setelah penandatanganan kontrak pinjaman.
"Itu [pinjaman] sudah fix karena sebelumnya sudah ada penandatanganan minutes of discussion. Jadi, tidak akan berpengaruh," kata Tuhiyat.
Sebelumnya, perekonomian Jepang telah tergelincir ke dalam jurang resesi sehingga membuat negara tersebut terlempar dari ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Kantor Kabinet Jepang pada Kamis (15/2/2024) melaporkan produk domestik bruto (PDB) secara tahunan telah berkontraksi sebesar 0,4% pada kuartal IV/2023, setelah revisi penurunan sebesar 3,3% pada kuartal sebelumnya.
Adapun, hal ini dinilai tak terduga. Hanya satu dari 34 ekonom yang disurvei yang menunjukkan adanya kontraksi pada kuartal tersebut, dengan konsensus pertumbuhan sebesar 1,1%.