Pasukan penjajah Israel menyerbu rumah sakit terbesar kedua di Jalur Gaza yang terkepung, Nasser, hingga fasilitas itu tidak lagi dinyatakan beroperasi, pada Minggu (18/2). Imbasnya, seluruh pasien rumah sakit terpaksa dievakuasi—di tengah pertempuran sengit Hamas dan Israel serta kekurangan bahan bakar.
Per pekan ini, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, jumlah korban jiwa sejak 7 Oktober telah mencapai sedikitnya 28.985 orang, sebagian besar warga sipil. Angka ini diperkirakan masih bertambah seiring menyusul pertempuran yang memasuki bulan keempat terus berkecamuk.
Dikutip dari The New Arab, RS Nasser yang terletak di Khan Younis itu masih menampung sejumlah pasien yang menderita luka-luka akibat agresi Israel tanpa listrik dan jumlah staf medis yang memadai.
Diperparah dengan serangan Israel, maka RS Nasser sudah tidak lagi beroperasi. "Rumah sakit ini benar-benar tidak berfungsi," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qidra.
"Hanya ada empat tim medis—25 staf—yang saat ini merawat pasien di dalam fasilitas tersebut," tambahnya.
Adapun rumah sakit telah menjadi sasaran serangan Israel dalam misi untuk menumpas Hamas. Dengan dalih bahwa Hamas menggunakan fasilitas rumah sakit sebagai tempat menyandera para tawanan Israel sekaligus penyimpanan senjata, Israel telah mengubah sebagian besar rumah sakit di Jalur Gaza menjadi "kuburan".
Selain membuat jutaan warga Palestina tidak lagi memiliki akses ke layanan medis, agresi Israel juga mengakibatkan puluhan ribu orang yang terluka serius terancam nyawanya. Situasi semakin memburuk dengan pasokan bantuan kemanusiaan yang dihambat Israel, hingga membawa penduduk Palestina ke ambang kelaparan.
Bahkan, beberapa di antara mereka terpaksa makan rumput supaya tidak kelaparan.
Di sisi lain, Israeli Defense Forces (IDF) pada pekan ini mengaku telah menangkap sedikitnya 100 anggota Hamas di kompleks RS Nasser—tanpa memberikan bukti lebih lanjut.
IDF juga melaporkan telah membunuh puluhan anggota Hamas yang mereka temukan di sana dalam beberapa hari terakhir. "Puluhan teroris berhasil dihabisi dan sejumlah besar senjata berhasil disita," bunyi pernyataan IDF.
Hamas, pada gilirannya, membantah tuduhan Israel bahwa mereka menggunakan fasilitas medis sebagai tempat berlindung. Menurut hukum internasional, rumah sakit dan fasilitas medis harus tetap dilindungi selama perang.