Israel mengancam akan tetap melanjutkan serangan mereka di Gaza, termasuk di wilayah Rafah paling selatan, meski bulan suci Ramadan telah tiba pada pertengahan Maret nanti. Mereka mengancam akan melakukan hal itu jika Hamas belum melepaskan semua sandera.
Acanaman ini membuat kekhawatiran global meningkat. Pasalnya ada 1,4 juta warga Palestina yang terdesak dari rumahnya dan terpaksa mengungsi ke Rafah yang berbatasan dengan Mesir.
Di tempat pengungsian itu pun mereka terus berhadapan dengan ancaman bom dan serangan pasukan penjajah Israel. Selain itu, mereka juga harus berjuang di tengah kekurangan pangan yang parah serta tenda pengungsi yang penuh sesak.
"Jika pada bulan Ramadan para sandera tidak ada di rumah, pertempuran ini akan terus berlanjut di mana-mana, termasuk di wilayah Rafah," ancam anggota kabinet Israel, Benny Gantz, dilansir AFP, Selasa (20/2).
"Hamas punya pilihan. Mereka bisa menyerah, melepaskan sandera, dan warga sipil Gaza bisa merayakan hari raya Ramadan," lanjutnya.
Gantz berjanji Israel akan mengizinkan warga sipil Palestina dievakuasi dari Rafah. Namun mereka belum menentukan ke mana para warga sipil ini bisa pergi karena sebagian besar wilayah Gaza telah diratakan sejak Oktober 2023 lalu.
Pada akhir pekan lalu, dalam sehari saja, serangan Israel telah menewaskan 100 orang warga Palestina yang sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak. Hingga saat ini, jumlah korban tewas akibat serangan Israel sudah menyentuh angka lebih dari 29 ribu jiwa.
Angka ini belum dihitung jumlah warga Palestina yang masih hilang di bawah reruntuhan, serta para pengungsi yang mati kelaparan.
Mesir menduga upaya Israel membiarkan warga Gaza menyelamatkan diri melewati perbatasan adalah akal-akalan untuk mengosongkan Gaza dari penduduk Palestina. Namun hal ini dibantas oleh Israel.