Iran terus memperkaya dan menimbun uranium, sebagian di antaranya mendekati tingkat yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.
Hal ini dilaporkan rahasia Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Senin (26/2/2024).
Dilansir dari DW, laporan IAEA mengatakan bahwa Iran telah meningkatkan jumlah cadangan uraniumnya secara keseluruhan dan juga mempercepat produksi uranium yang diperkaya sebesar 60 persen pada kuartal sebelumnya.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan total cadangan uranium Iran, yang diperkaya pada tingkat berapa pun, diperkirakan mencapai 5.525,5 kg pada 10 Februari.
Jumlah tersebut 1.038,7 kg lebih banyak dari jumlah yang dihitung badan nuklir PBB terakhir kali mereka merilis laporan di bulan November.
Jumlah tersebut juga 27 kali lipat dari batas yang disepakati dengan Iran dalam perjanjian internasional tahun 2015 yang dilanggar AS di bawah presiden AS saat itu Donald Trump dan hingga saat ini belum diberlakukan kembali.
Negara ini juga memproduksi sekitar 25 kilogram uranium dengan kemurnian 60 persen antara akhir Oktober dan 25 Februari, menurut pengawas nuklir PBB.
Namun, persediaan uranium yang diperkaya tinggi menyusut pada periode waktu yang sama, karena beberapa bahan yang diperkaya tinggi tersebut telah dicampur lagi dengan uranium tingkat rendah dan diencerkan.
Bom nuklir pada umumnya memerlukan uranium yang diperkaya hingga 80 persen atau lebih mungkin kemurnian 90 persen meskipun dengan bahan yang cukup.
Secara teori, uranium yang lebih tidak murni dapat digunakan. Sebagian besar reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir hanya memerlukan uranium yang diperkaya hingga 3,67 persen.
IAEA mencatat komentar baru-baru ini dari Iran yang memuji fasilitas produksi nuklirnya dan mengumumkan bahwa lebih banyak lagi yang akan dibangun.
“Pernyataan publik yang dibuat di Iran mengenai kemampuan teknisnya untuk memproduksi senjata nuklir hanya meningkatkan kekhawatiran Direktur Jenderal mengenai kebenaran dan kelengkapan deklarasi perlindungan Iran,” kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi, seperti dikutip dalam laporan tersebut.
Iran, yang menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil dan penelitian, dalam beberapa tahun terakhir telah mengambil beberapa langkah yang tampaknya dirancang untuk membatasi pengawasan IAEA terhadap kegiatannya, termasuk menonaktifkan perangkat pengawasan di lokasi dan melarang inspektur IAEA tertentu.
Kepala Badan Energi Atom Internasional Rafael Grossi mengatakan dia sangat menyesalkan bahwa Iran belum membatalkan keputusannya untuk menarik penunjukan beberapa pengawas, yang penting untuk memantau persediaan nuklir Iran.