Hamas telah mengajukan proposal gencatan senjata kepada para mediator krisis di Jalur Gaza — Qatar, Amerika Serikat, dan Mesir di tengah pertempuran yang memasuki bulan kelima ini. Dalam proposal itu, tercantum tawaran mengadakan gencatan senjata selama 135 hari, asalkan Israel menarik mundur pasukannya dari wilayah Palestina yang diduduki.
Adapun proposal gencatan senjata dari Hamas ini adalah respons atas tawaran yang diberikan oleh para mediator pada pekan lalu untuk mengakhiri kekerasan.
Dikutip dari Reuters, proposal balasan Israel menggambarkan tiga tahap gencatan senjata — masing-masing berlangsung selama 45 hari. Selama gencatan senjata berlangsung, Hamas dan Israel akan bertukar sandera yang tersisa sejak ditawan pada 7 Oktober 2023.
Selain itu, Hamas juga mengusulkan seiring berjalannya gencatan senjata maka proses rekonstruksi Gaza harus dimulai, pertukaran jenazah dilaksanakan, serta pasukan Israeli Defense Forces (IDF) sepenuhnya ditarik mundur.
Sumber yang mengetahui soal negosiasi besar ini mengatakan, proposal Hamas sejatinya tak menuntut jaminan gencatan senjata permanen. Tapi, pembicaraan soal bagaimana pertempuran akan berakhir harus disepakati selama gencatan senjata berlangsung — sebelum sandera terakhir ditukarkan.
Menurut dokumen proposal tersebut, selama 45 hari fase gencatan senjata pertama seluruh sandera wanita Israel, laki-laki berusia di bawah umur, lansia, serta orang sakit akan dibebaskan.
Sebagai imbalan, anak-anak dan wanita Palestina akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel. "Pelaksanaan tahap kedua tidak akan dimulai sampai kedua belah pihak menyelesaikan pembicaraan mengenai persyaratan yang diperlukan untuk mengakhiri operasi militer bersama dan kembali ke keadaan tenang sepenuhnya," bunyi proposal Hamas.
Adapun tahap kedua gencatan senjata akan mencakup pertukaran sandera laki-laki yang tersisa dan penarikan pasukan Israel di luar perbatasan seluruh wilayah Jalur Gaza.
"Jenazah dan sisa-sisa jenazah akan ditukarkan pada fase ketiga. Gencatan senjata juga akan meningkatkan aliran makanan dan bantuan lainnya kepada warga sipil Gaza, yang menghadapi kelaparan dan kekurangan pasokan bahan pokok," lanjut proposal Hamas.
Anggota Biro Politik Hamas, Ezzat El-Reshiq, mengkonfirmasi bahwa proposal dengan syarat-syarat ini telah diserahkan kepada Israel dan AS melalui Qatar dan Mesir.
"Kami sangat tertarik untuk menanganinya dengan semangat positif untuk menghentikan agresi terhadap rakyat Palestina dan mengamankan gencatan senjata yang menyeluruh dan abadi serta memberikan bantuan, pertolongan, penampungan dan rekonstruksi," jelas El-Reshiq.
Adapun negosiasi soal keberlanjutan gencatan senjata ini terjadi ketika korban jiwa imbas agresi Israel di pihak Palestina sejak 7 Oktober mencapai sedikitnya 27.585 orang — sebagian besar anak-anak dan perempuan. Sejauh ini, gencatan senjata antara Hamas dan Israel baru berlangsung selama tujuh hari pada November lalu.