Bacaan doa tahiyat akhir latin dan arab. Ternyata termasuk salah satu doa yang mustajab.
Tahukah kamu inilah doa yang langsung dikabulkan oleh Allah Subhanahuwata'ala? Berikut penjelasan Syekh Ali Jaber.
Ternyata berdoa saat tahiyat akhir termasuk salah satu waktu mustajab berdoa.
Doa merupakan salah satu jalan yang ditempuh umat muslim untuk memohon pertolongan kepada Allah.
Maka dari itu doa menjadi senjata ampuh bagi umat Islam.
Setiap manusia pun dianjurkan untuk senantiasa berdoa kepada Allah.
Karena Allah sangat menyukai seorang hamba yang selalu berharap kepadaNya.
Doa yang dipanjatkan pun beragam tergantung apa yang ingin diminta kepada Allah.
Allah mengerti doa kita dalam bahasa apa saja.
Namun, berdoa menggunakan bahasa Arab memang lebih utama.
Apalagi kita memahami makna doa tersebut.
Bahkan di antara doa yang kita panjatkan, ada satu doa yang memiliki keutamaan.
Doa tersebut menjadi salah satu doa kunci pembuka ijabah Allah.
Sehingga jika kita membaca doa tersebut, maka doa kita akan cepat dikabulkan atas izin Allah.
Dalam sebuah cuplikan ceramahnya, Syekh Ali Jaber menyampaikan doa kunci pembuka ijabah Allah agar doa cepat terkabul.
Rasulullah Sholallahu'alaihi wa sallam masuk ke masjid.
Ada seseorang duduk di tahiyat akhir yakni ujung tahiyat.
Dia membaca doa di tahiyat sebelum salam tersebut.
Kata Rasulullah Sholallahu'alaihi wa sallam sudah diampuni, sudah diampuni, sudah diampuni.
Rasul sampai mengucapkan hal tersebut sampai tiga kali.
Lantas, apa isi doa tersebut?
Berikut doa kunci pembuka ijabah Allah seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW:
"Allâhumma innî as’aluka bi annî asyhadu annaka antallâhu, lâ ilâha illâ antal ahadus shamad, alladzî lam yalid wa lam yûlad, wa lam yakullahû kufuwan ahad."
Artinya:
“Tuhanku, aku memohon (pertolongan) kepada-Mu. Aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah. Tiada tuhan selain Engkau Yang Maha Esa, tempat bergantung yang tiada melahirkan dan tiada dilahirkan, serta tiada apapun yang menyamai-Nya.”
Doa kunci pembuka ijabah Allah yang dipanjatkan Rasulullah SAW dan sahabatnya itu kemudian dikutip oleh Imam An-Nawawi dari SUnan Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’I dan Ibnu Majah dari Buraidah RA dalam hadist yang berarti:
“Kami diriwayatkan di Sunan Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Buraidah RA bahwa seuatu ketika Rasulullah mendengar salah seorang sahabatnya berdoa dengan lafal, ‘Allâhumma innî as’aluka bi annî asyhadu annaka antallâhu, lâ ilâha illâ antal ahadus shamad, alladzî lam yalid wa lam yûlad, wa lam yakullahû kufuwan ahad.’ Rasulullah SAW lalu menyambutnya, ‘Kau telah memohon kepada Allah dengan nama (agung) yang mana Dia akan memberikan karunia-Nya bila diminta dengan nama tersebut, dan Dia akan mengijabah seseorang yang berdoa memanggil-Nya dengan nama tersebut,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 336).
Namun seperti yang dikatakan oleh Umar Bin Khatab:
“Al muwaffaq, man aktsaro minad du’a”
Artinya:
“Orang yang dapat taufik dari Allah yang terus tidak pernah berhenti berdoa”
Jadi apabila doa yang kita panjatkan belum diijabah maka tidak sepatutnya kita menyerah.
Tapi justru sebaliknya kita harus tetap berdoa dan jangan pernah berhenti berharap kepada Allah.