Pasukan Houthi yang menyerang kapal terafiliasi Israel di Laut Merah mengganggu lalu lintas perdagangan dunia. Hal ini juga berdampak ke Indonesia.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menuturkan konflik serangan Houthi di Laut Merah mengganggu ekonomi global, termasuk Indonesia, karena berdampak pada membengkaknya biaya distribusi barang.
Laut Merah merupakan salah satu jalur bagi kapal untuk melewati Terusan Suez. Sehingga, tanpa akses menuju Terusan Suez, kapal-kapal dagang diharuskan memutar melalui Afrika Selatan.
“Terakhir kejadian di Eropa di mana pengiriman distribusi barang terganggu yang biasanya lewat (Terusan) Suez harus berputar karena konflik di Middle East,” kata Destry dalam seminar virtual Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) pada Jumat (23/2).
Tidak hanya persoalan biaya, perkara ini juga dapat menyebabkan kerugian dari segi waktu, sehingga mengganggu proses suplai barang ke dalam negeri. "Ini berakibat barang terlambat terkirim 10 hari dan ini mengganggu supply side ekonomi kita,” tambah Destry.
Menurutnya, permasalahan geopolitik baik di Eropa maupun Timur Tengah dapat mengganggu kinerja ekonomi global.
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) buka suara terkait dampak konflik di Laut Merah terhadap kinerja ekspor industri di Indonesia. Ketua Umum Apindo, Shinta W. Kamdani, melihat jika konflik ini tak kunjung usai, maka akan menjadi biang kerok penurunan kinerja ekspor Indonesia pada 2024.
“Kami sih merasa akan terganggu, jelas akan ada penurunan, kalau lihat dari neraca dagang saja, surplusnya saja sudah semakin menurun,” kata Shinta kepada wartawan di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (31/1).
Shinta tidak mengungkapkan berapa proyeksi angka penurunan kinerja ekspor tahun ini akibat konflik Laut Merah. Ia mengatakan pengusaha telah menelan rugi karena konflik itu memicu pembengkakan biaya logistik.
“Kita enggak mau bilang (angka proyeksi penurunan kinerja). Logistiknya itu sekarang mahalnya setengah mati karena dia mesti muter, susah itu. Itu berat sekali buat kita, jadi memang kondisi geopolitik ini juga enggak bantu ya buat kita (pengusaha),” tambah Shinta.