Bangkai satelit European Remote Sensing 2 (ERS-2) diprediksi akan jatuh kembali ke Bumi setelah tidak lagi difungsikan.
Proses jatuhnya bangkai satelit ini dipantau dengan cermat oleh pengelolanya, Badan Antariksa Eropa (ESA).
Meskipun demikian, prediksi lokasi dan waktu ERS-2 jatuh dan menghantam atmosfer Bumi belum bisa dipastikan.
Namun diperkirakan, kemungkinan besar bangkai satelit itu akan jatuh di lautan.
ESA memperkirakan bangkai satelit ini akan memasuki Bumi pada hari ini, Rabu (21/2/2024) pukul 23.32 WIB dengan rentang ketidakpastian sekitar 4,5 jam.
Bangkai satelit tersebut diperkirakan akan pecah ketika mencapai ketinggian sekitar 80 km dan sebagian besar pecahan yang dihasilkan akan terbakar di atmosfer.
ESA mengimbau kepada masyarakat agar tidak terlalu khawatir tentang sampah yang muncul ke permukaan.
Sampah dari bangkai satelit ERS-2 diklaim tidak mengandung zat beracun atau radioaktif yang berbahaya.
“Risiko tahunan seorang manusia terluka akibat puing-puing luar angkasa berada di bawah 1 dalam 100 miliar,” tulis pejabat ESA, dikutip dari Live Science, Senin (12/2/2024).
Pengamatan soal perkiraan jatuhnya ERS-2 ini sudah berlangsung lama. Terpantau dari tahun 2011, proses jatuhnya pesawat ini telah berlangsung selama 13 tahun terakhir.
Namun satelit tersebut sekarang sudah cukup rendah untuk ditarik ke bawah dengan relatif cepat oleh atmosfer.
Mengenal satelit ERS-2
ERS-2 merupakan satelit pengamat Bumi yang diluncurkan pada Jumat (21/4/1995), dilansir dari CNN, Senin (19/2/2024).
Pada saat lepas landas, berat pesawat tersebut 2.516 kilogram dan apabila tanpa bahan bakar seperti sekarang, berat ERS-2 menjadi sekitar 2.294 kg.
Satelit ERS-2 merupakan satelit tercanggih dari jenisnya pada masa itu yang dikembangkan dan diluncurkan oleh Eropa.
Bersama kembarannya, ERS-1, satelit ini mengumpulkan data berharga tentang tutupan kutub, lautan, dan permukaan daratan.
Satelit ini juga mengamati berbagai bencana alam seperti banjir dan gempa Bumi di daerah terpencil.
Menurut ESA, data yang dikumpulkan oleh ERS-2 sejak puluhan tahun lalu masih digunakan hingga saat ini.
Pada tahun 2011, ESA memutuskan untuk mengakhiri operasi satelit dan melakukan deorbitasi.
ERS-2 dinonaktifkan untuk mencegah penambahan sampah luar angkasa yang mengorbit Bumi.
ESA mulai mempersiapkan kehancuran ERS-2 bahkan sebelum misi utamanya berakhir pada 2011.
Tercatat ERS-2 pernah melakukan 66 kali pembakaran mesin pada Juli dan Agustus 2011, dikutip dari Live Science, Senin (12/2/2024).
Manuver tersebut menghabiskan sisa bahan bakar satelit dan menurunkan ketinggian rata-ratanya dari 785 km menjadi sekitar 573 km.
Cara ini bertujuan untuk mengurangi risiko tabrakan dengan satelit lain atau puing-puing ruang angkasa.