Dua kelompok massa melakukan demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta Pusat, Senin (12/2) sore.
Uniknya, dua kelompok ini membawa topik yang berbeda.Mereka berdemonstrasi saling berhadapan dengan membawa mobil komando, mereka dibatasi oleh barisan polisi yang berjaga.
Pihak pertama adalah kelompok yang mengatasnamakan Gerakan Aksi Pemakzulan (GAP) Jokowi. Mereka terdiri emak-emak dan orang-orang tua yang mengaku sebagai aktivis dari Petisi 100.
Dari pihak GAP, terbentang sejumlah spanduk protes yang betuliskan "Joko Widodo Raja Nepotisme & Dinasti" hingga "Lengserkan Jokowi Perusak Demokrasi".
Mereka menuntut 3 hal, menuntut DPR RI untuk segera memulai proses pemakzulan Presiden Jokowi. Kedua, menuntut Jokowi untuk mundur dan meminta aparat mengusut tindak pidana kepada Jokowi perihal korupsi, nepotisme, dan penyebaran berita bohong.
Ketiga, meminta masyarakat untuk ikut andil dalam upaya pemakzulan ini.
Sementara pihak yang lainnya adalah kelompok yang mendukung pemerintah yang mengatasnamakan Rakyat Indonesia Timur.
Pada sisi mereka terdapat spanduk membentang yang bertuliskan " Dukung TNI Polri, Tangkap Provokator yang Meresahkan Masyarakat" dan "Lawan Kelompok Makar, Stop Bangun Isu Makar". Mereka mengkontra orasi yang disampaikan oleh pihak GAP.
"Makzulkan Jokowi itu sudah tidak mungkin. Sudah tidak ada waktu," ujar orator di mobil komando pendukung Jokowi.
Akibat perbedaan aspirasi yang mereka perjuangkan, ketegangan terjadi, keduanya saling bersahutan dari masing-masing mobil komando.
Lemparan botol-botol air mineral sesekali melayang dari sisi pendukung Jokowi ke mereka yang menolaknya karena tidak diberikan kesempatan untuk berbicara.
"Kita bukan sedang berdialog, kami tidak perlu menanggapi orasi kalian," ujar orator kelompok pemakzulan Jokowi.
Beruntung demontrasi ini tidak menimbulkan kemacetan lantaran jumlah massa yang tidak begitu banyak. Massa hanya terkonsentrasi di sisi depan gerbang Gedung DPR/MPR, tidak sampai memakan sisi Jalan Gatot Subroto arah Slipi.