Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Sudah Gatal Hancurkan Lebanon,Komandan Israel Malah Desak Gencatan Senjata dengan Hizbullah

Januari 22, 2024 Last Updated 2024-01-22T07:55:24Z


Komandan senior militer Israel dilaporkan mendesak agar para pengambil kebijakan di Tel Aviv mengganti strategi dalam menghadapi eskalasi serangan milisi perlawanan Lebanon, HIzbullah di perbatasan kedua negara.


Pergantian strategi yang diusulkan terbilang sangat menarik, meminta gencatan senjata sepihak dengan Hizbullah karena mengaku sudah gatal untuk masuk menyerbu dan menghancurkan Lebanon.


Rupanya, gencatan senjata sepihak yang dimaksud hanya menjadi dalih bagi Israel untuk memperluas dan melancarkan serangan penuh ke Lebanon.


Dalam skenarionya, jika Hizbullah masih terus menembakkan roket-roket ke permukiman Israel diUtara saat gencatan senjata diumumkan secara sepihak, maka Israel punya pembenaran untuk penggunaan 'kekuatan besar yang tidak proporsional' untuk menghancurkan Lebanon.


"Ketika Israel meningkatkan operasi pembunuhannya terhadap para pejabat di Poros Perlawanan, perwira senior militer Israel menganjurkan operasi yang lebih agresif yang akan "mengubah persamaan" dengan Hizbullah di Lebanon," tulis laporan Ynet pada Minggu (21/1/2024).


Diketahui, Israel telah melancarkan banyak pembunuhan tingkat tinggi di Lebanon dalam beberapa pekan terakhir, termasuk pembunuhan Saleh al-Arouri, seorang pemimpin penting Hamas, dan Wissam al-Tawil, seorang komandan penting Hizbullah.


Serangan terbaru Israel di Lebanon menargetkan sebuah mobil di Bint Jbeil pada hari Minggu.


Korban lainnya membunuh beberapa anggota perlawanan Lebanon dan Palestina di daerah Tirus (Sour) di Lebanon selatan pada hari Sabtu.


Pembenaran Terciptanya Perang Skala Penuh dengan Hizbullah


Namun, menurut surat kabar Israel, serangan dan kampanye pembunuhan IDF terhadap pentolan gerakan perlawanan tersebut belum mampu "secara mendasar mengubah kenyataan" di Israel utara, di mana penduduk pemukiman perbatasan telah dievakuasi akibat serangan Hizbullah dan tidak dapat kembali.


Surat kabar tersebut mengulas, cara Israel menangani Hizbullah terbukti membuat kerugian besar, termasuk rumah-rumah pemukiman Yahudi yang kini kosong ditinggal penghuninya. 


"Israel, pada dasarnya, menciptakan zona keamanan di dalam perbatasannya sendiri, meninggalkan komunitas-komunitas yang terbengkalai. Tampaknya pemerintah tidak bersedia membayar mahal akibat perang dengan Lebanon demi menyelamatkan komunitas dan ladang di wilayah utaranya. "


Sebagai tanggapan atas situasi ini, beberapa perwira senior Israel menuntut agar Israel mencoba strategi baru, yang akan melibatkan pengumuman gencatan senjata sepihak sebagai dalih untuk memperluas perang.


“Sudah waktunya untuk persamaan baru,” kata mereka.


Para komandan mengusulkan agar tentara IDF mengumumkan bahwa mereka akan menahan tembakan selama 48 jam, namun memperingatkan kalau rudal, roket atau bom berikutnya yang mendarat di wilayah Israel, terutama terhadap sasaran sipil, akan memicu respons besar-besaran yang akan mendatangkan malapetaka pada Lebanon Selatan."


“Respon yang tidak proporsional” akan mencakup penargetan “rumah-rumah anggota Hizbullah di desa-desa Syiah di wilayah [perbatasan], yang sejauh ini sebagian besar tidak terkena dampaknya,” tulis ulasan tersebut


"Memberi Hizbullah kesempatan untuk menenangkan diri di sepanjang perbatasan dengan mendeklarasikan gencatan senjata sepihak akan membuat Israel tidak tampak "bersemangat untuk memperpanjang perang" dan menciptakan "legitimasi untuk tindakan yang lebih luas yang pada akhirnya akan mengembalikan keamanan di wilayah utara."," begitu tulisan yang membahas soal skenario dari strategi gencatan senjata ini.


Rencana semacam itu memerlukan persetujuan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.


Gatal Masuk Menyerbu Lebanon 


Laporan itu menambahkan kalau pasukan organik Israel sebetulnya sudah sangat ingin masuk menyerbu ke Lebanon guna memerangi Hizbullah.


Hanya, sejauh ini Tel Aviv masih mengklaim pendekatan diplomatik ketimbang militer terhadap Lebanon guna menghindari terciptanya front kedua selain Perang Gaza melawan Hamas.


Kebijakan ini membuat para komandan tentara IDF mengeluh kepada Ynet kalau "tangan mereka telah diikat oleh para politisi".


“Mengapa kita menunggu pasukan Radwan menyerang?” kata seseorang.


“Mengapa kita menambah kekuatan dan menunggu? Hizbullah yang memulai pertempuran, dan merekalah yang seharusnya takut pada kekuatan kita. Persamaan ini harus diubah,” katanya.


Dalam kunjungannya baru-baru ini ke wilayah perbatasan, Gallant mengatakan, "Kami berusaha mengerahkan upaya diplomatik, namun jika terpaksa, kami harus menggunakan kekuatan untuk memungkinkan penduduk di utara kembali ke rumah mereka." [SB]

×