Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan pimpinan Otoritas Palestina, yang diharapkan Washington dapat memerintah Gaza setelah perang Israel dengan Hamas berakhir.
Diplomat utama Amerika Serikat itu melakukan kunjungan krisisnya yang keempat ke Timur Tengah sejak perang di Jalur Gaza dimulai, dan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv pada Selasa.
Blinken mengatakan pada konferensi pers setelahnya bahwa Amerika Serikat akan terus mendukung sekutunya, tetapi juga meminta Israel untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi mereka yang terjebak di wilayah Palestina yang terkepung, dengan mengatakan "jumlah korban harian warga sipil di Gaza, terutama anak-anak, sangat besar dan terlalu tinggi".
Baca: AS: Perang Gaza Harus Berakhir, Beri Jaminan Hak-Hak Politik Palestina
Washington telah melontarkan skenario pascaperang di mana Otoritas Palestina yang telah direformasi, yang saat ini dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas, akan memerintah Gaza dan Tepi Barat.
Pihak berwenang saat ini menjalankan kekuasaan terbatas di Tepi Barat, yang telah diduduki Israel sejak tahun 1967.
"Israel harus berhenti mengambil langkah-langkah yang melemahkan kemampuan warga Palestina untuk mengatur diri mereka sendiri secara efektif," kata Blinken pada Selasa (9/1/2024), menekankan pentingnya kemajuan menuju solusi dua negara, sebagaimana dikutip dari The Guardian.
"Otoritas Palestina juga mempunyai tanggung jawab untuk mereformasi dirinya sendiri, untuk meningkatkan tata kelolanya - isu-isu yang saya rencanakan untuk diangkat bersama Presiden Abbas," tambahnya.
Namun Netanyahu tidak menunjukkan minat untuk menghidupkan kembali perundingan menuju negara Palestina, dan rencana pascaperang yang digariskan oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant dalam visi "komite sipil" lokal yang mengatur Gaza setelah Israel membubarkan Hamas.
Blinken menolak mengatakan apakah pandangan Netanyahu telah berubah dalam diskusi mereka.
Hamas menguasai Jalur Gaza pada tahun 2007, menggulingkan partai Fatah pimpinan Abbas, yang berbagi kekuasaan dengan partai tersebut.
Berbagai upaya rekonsiliasi telah gagal, namun ketua Hamas Ismail Haniyeh mengatakan pekan lalu bahwa dia "terbuka terhadap gagasan" pemerintahan tunggal Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
Sementara itu, pihak Istana Kerajaan Yordania mengatakan Raja Abdullah II akan menjamu Abbas dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada hari Rabu untuk melakukan pembicaraan mengenai Gaza, termasuk upaya untuk "mendorong gencatan senjata segera." [SB]