Rusia dan China disebut akan full senyum jika Donald Trump terpilih jadi Presiden AS lagi.
Dilansir dari JTA, potensi masa jabatan kedua Donald Trump sebagai presiden kemungkinan besar akan menghasilkan kebijakan luar negeri Amerika yang mengutamakan Amerika sendiri.
Dampaknya terhadap seluruh dunia bisa sangat besar, dan berpotensi membahayakan keamanan internasional di seluruh dunia. Meski demikian, ada beberapa kebijakan Trump yang diyakini menguntungkan Rusia dan China.
Mengacu pada alasan tersebut, maka tidak mengherankan jika hasil pemilu bulan November nampaknya lebih menarik perhatian orang-orang non-Amerika daripada biasanya.
Seperti diketahui, Trump kembali mencalonkan diri sebagai Presiden AS pada Pemilu November 2024 mendatang.
Trump bersaing ketat dengan Presiden Joe Biden di Pilpres AS tahun ini. Menurut kolumnis Le Monde, Sylvie Kauffman, masa jabatan kedua calon calon dari Partai Republik akan berdampak buruk terhadap diplomasi internasional.
“KTT G7 dan NATO sekali lagi akan menjadi momen sirkus yang tidak dapat diprediksi atau kekosongan mutlak," katanya.
Melanjutkan fokus masa kepresidenannya yang pertama, Trump telah berjanji untuk memindahkan ribuan tentara AS yang ditempatkan di luar negeri, agen FBI, dan pejabat Badan Pengawasan Narkoba, untuk mengatasi krisis imigrasi di perbatasan Meksiko.
Hal ini tidak hanya akan berdampak pada kehadiran militer AS di seluruh dunia dan berpotensi melemahkan keamanan sekutu. Akan tetapi, langkah ini juga akan berdampak buruk pada Meksiko, yang harus menghadapi perbatasan dengan Amerika yang semakin macet.
Trump bermaksud untuk meluncurkan apa yang dia gambarkan sebagai upaya “deportasi terbesar” dalam sejarah imigran ilegal AS dan mengakhiri kewarganegaraan otomatis bagi anak-anak yang lahir di AS dari imigran yang tinggal di negara tersebut secara ilegal.
Sama seperti Trump yang menegosiasikan ulang perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara menjadi perjanjian Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada pada tahun 2019, kemungkinan besar dia akan merestrukturisasi perjanjian ekonomi Biden seperti kerangka ekonomi Indo-Pasifik .
Hal yang menjadi perhatian sebagian besar diplomat di Eropa adalah pernyataan Trump untuk mulai “mengevaluasi ulang secara mendasar tujuan NATO dan misi NATO”.
Ada dugaan bahwa Trump akan menarik diri dari NATO, atau setidaknya merevisi doktrinnya bahwa serangan terhadap satu anggota adalah serangan terhadap semua anggota.
Ini tentu akan menjadi momen "membahagiakan" buat China dan Rusia.
Ini yang bikin Rusia dan China full senyum...
Rencana kebijakan Donald Trump
Mengakhiri dukungan untuk Ukraina
Sebelumnya, Trump telah menyatakan bahwa ia akan menghentikan “aliran harta karun Amerika yang tak ada habisnya ke Ukraina” dan meminta mitra-mitra Eropa membayar kembali bantuan sebesar US$75 miliar (£58 miliar) yang dijanjikan AS kepada Ukraina.
Yang mengkhawatirkan banyak orang adalah apakah Trump akan berusaha menepati janjinya untuk mengakhiri perang di Ukraina dalam waktu 24 jam.
Laporan menyebut bahwa dapat dipastikan bahwa Trump akan menghentikan keanggotaan AS di Grup Kontak Pertahanan Ukraina yang beranggotakan 50 negara yang didedikasikan untuk mendukung pertahanan Ukraina dari Rusia, sehingga melemahkan potensi Ukraina untuk mempertahankan wilayahnya.
Dukungan AS terhadap Ukraina lebih dari sekadar dukungan logistik. Pada Agustus 2023, AS setuju untuk melatih pilot Ukraina dari jet F-16 produksi AS yang diberikan ke Ukraina oleh sekutunya di Eropa.
Kelanjutan perjanjian ini akan sangat penting bagi harapan Ukraina untuk menahan kemajuan Rusia.
Perang tidak akan berakhir hanya karena Trump menginginkannya, dan keuntungan apa pun yang diperoleh Rusia dari konflik tersebut mungkin akan mendorong Rusia untuk mencoba merebut kembali wilayah sebelumnya di Moldova atau negara-negara Baltik mana pun.
Selain itu, kurangnya perlawanan terhadap perampasan wilayah oleh Rusia kemungkinan akan mendorong Tiongkok untuk mencoba mencaplok Taiwan.
Trump, meski menjanjikan hubungan dagang yang agresif dengan Tiongkok, menolak memberikan konfirmasi apakah ia akan mengirim pasukan untuk membantu mempertahankan pulau itu jika Tiongkok menyerang.
Meskipun sebagian besar masa jabatan pertama Trump membalikkan banyak perubahan yang dilakukan pemerintahan Obama, masa jabatan kedua akan bertujuan untuk memastikan sentralisasi kekuasaan dalam kepresidenan Trump dan membatalkan inisiatif pemerintahan Biden.
Trump kemungkinan besar tidak akan melanjutkan upaya Biden untuk memoderasi operasi Israel di Gaza. Trump telah lama menjadi sekutu Israel dan menjadi presiden AS pertama yang secara formal dan kontroversial mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada tahun 2017. [SB]