Belum selesai berkonflik di Gaza, Israel disebut akan memulai perang baru. Kemungkinan ini pun membuat Amerika Serikat (AS) was-was.
Diketahui, hubungan Israel dengan tetangganya di Utara, Lebanon terus memanas. Konfrontasi terus terjadi antara Negeri Yahudi itu dengan milisi penguasa Lebanon, Hizbullah, pasca serangan Israel ke Gaza, Palestina.
Anggota Kabinet Perang Israel Benny Gantz mengatakan keadaan di Utara sangatlah menegangkan. Menurutnya, tidak ada lagi ruang untuk diplomasi dalam menstabilkan situasi.
"Jika dunia dan pemerintah Lebanon tidak bertindak untuk menghentikan serangan terhadap masyarakat di wilayah utara dan mengusir Hizbullah dari perbatasan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan melakukan itu," paparnya dikutip New York Times, Minggu (31/12/2023).
Hal senada juga dikatakan Kepala Staf Militer Israel Letjen Herzi Halevi. Ia mengatakan pasukan di perbatasan dengan Lebanon, berada dalam kesiapan yang sangat tinggi.
Sebelumnya, ketegangan Israel juga meningkat dengan Iran setelah pembunuhan seorang penasihat senior di Korps Garda Revolusi Iran, Sayyad Razi Mousavi. Ia tewas dalam serangan Israel di luar ibu kota Suriah, Damaskus pada hari Senin.
Iran mengancam akan melakukan pembalasan terhadap Israel. Narasi ini juga telah digelorakan oleh Presiden Iran, Ebrahim Raisi.
"Tidak diragukan lagi, rezim Zionis yang perampas kekuasaan dan biadab akan menanggung akibatnya," kata Raisi dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada hari Senin, menurut kantor berita Iran Tasnim, dikutip The Daily Beast.
Sementara itu, para pejabat AS telah khawatir bahwa serangan balasan Israel di wilayah tersebut dapat meningkat menjadi pertempuran regional yang lebih besar. Meski begitu, Washington sendiri telah melakukan serangkaian serangan udara di Irak terhadap fasilitas yang dikatakan digunakan oleh proksi Iran.
Seorang pejabat Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa Menteri Luar Negeri Anthony J. Blinken berencana mengunjungi Israel pada awal Januari untuk membahas perang di Gaza dan rencana bagaimana wilayah Palestina akan diatur ketika konflik berakhir. Kunjungan ini akan menjadi kunjungan keempat Blinken ke wilayah tersebut sejak serangan 7 Oktober.
Israel berada di bawah tekanan dari negara-negara Eropa dan PBB untuk segera menyetujui gencatan senjata. Namun dengan Hamas dan Israel yang mengutarakan syarat-syarat yang tampaknya sulit untuk diselesaikan di depan umum, para diplomat mengatakan tampaknya kesepakatan untuk gencatan senjata abadi masih jauh dari harapan.
Sejak awal konflik, baik Israel maupun Hamas telah mengeluarkan pernyataan garis keras di depan umum. Bahkan ketika perundingan berlanjut secara pribadi, seringkali melalui pemerintah Qatar, yang menjadi perantara gencatan senjata pada bulan November yang membuka pintu bagi pertukaran sandera dengan tahanan.
Pemerintah Mesir pun diketahui telah mengedarkan proposal yang menyerukan pertukaran sandera dan tahanan lebih lanjut sebagai langkah menuju gencatan senjata permanen. Namun para diplomat memperingatkan bahwa baik Israel maupun Hamas tampaknya tidak setuju.