Amerika Serikat (AS) terus meneguhkan komitmennya untuk mengamankan perairan Laut Merah di Timur Tengah. Ini terjadi setelah milisi berkuasa Yaman, Houthi, serangan ke beberapa kapal dagang yang melintasi wilayah jalur perdagangan itu.
Dalam upayanya, Washington mengajak 12 sekutunya dalam memerangi dampak perdagangan yang diberikan oleh serangan Houthi ke kapal-kapal dagang. Dua diantaranya adalah jiran RI, Singapura dan Australia.
"Biarlah pesan kami menjadi jelas: kami menyerukan diakhirinya segera serangan ilegal ini dan pembebasan kapal dan awak kapal yang ditahan secara tidak sah," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan bersama.
Selain Singapura dan Australia, pernyataan tersebut juga ditandatangani oleh Inggris, Kanada, Jepang, Italia, Jerman, Denmark, Belgia, Belanda, Selandia Baru, dan Bahrain.
"Houthi akan memikul tanggung jawab atas konsekuensinya jika mereka terus mengancam kehidupan, perekonomian global, dan arus bebas perdagangan di perairan penting di kawasan ini. Kami tetap berkomitmen terhadap tatanan berbasis aturan internasional dan bertekad untuk meminta pertanggungjawaban pelaku kejahatan atas penyitaan dan serangan yang melanggar hukum," tambah pernyataan bersama tersebut.
Houthi sendiri melancarkan serangan-serangan tersebut kepada kapal-kapal yang terkait dengan Israel dan negara Barat lainnya. Ini dimotori rasa solidaritas kelompok itu dengan milisi Gaza Palestina, Hamas, dan warga Gaza lainnya yang ingin agar serangan Tel Aviv ke wilayah itu diakhiri.
Sebelum pernyataan bersama ini dikeluarkan, AS telah mengirimkan armada perang ke perairan itu. Pada hari Minggu, helikopter Angkatan Laut Washington menembaki pasukan Houthi yang berusaha menaiki kapal sebuah kargo. Tembakan itu menyebabkan 10 anggota milisi Houthi tewas atau hilang.
Hampir 15% perdagangan global melalui laut melewati Laut Merah, yang merupakan pintu masuk ke Terusan Suez, rute pelayaran terpendek antara Eropa dan Asia.
Beberapa raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Mediterranean Shipping Company (MSC), Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai Merchant Marine (HMM) memilih untuk menghindari perairan Laut Merah akibat serangan Houthi. Mereka memilih untuk memutar ke Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika.
Ini pun akhirnya berdampak pada kenaikan tarif pengiriman. Tarif angkutan barang dari Asia ke Eropa Utara meningkat lebih dari dua kali lipat pada minggu ini menjadi di atas US$ 4.000 (Rp 62 juta) per unit 40 kaki.
Tarif dari Asia hingga Pantai Timur Amerika Utara juga meningkat sebesar 55% menjadi US$ 3,900 (Rp 60 juta) per kontainer berukuran 40 kaki. Harga di Pantai Barat naik 63% menjadi lebih dari US$ 2.700 (Rp 42 juta).
Di sisi lain, harga minyak dunia juga mencatatkan kenaikan pasca memanasnya Timur Tengah dan jalur pelayaran Laut Merah. Harga minyak naik sekitar 1% pada Kamis sore di London, melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya. [SB]