Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Pasukan Raja Salman Dituding Bantai Imigran, Saudi Buka Suara

Januari 02, 2024 Last Updated 2024-01-02T03:39:32Z



Arab Saudi membantah tuduhan terkait pasukannya di perbatasan Yaman membunuh ratusan imigran Ethiopia. Menurut Kerajaan, tuduhan yang dibuat oleh Human Rights Watch (HRW) itu tidak berdasar.


"Tuduhan yang dimasukkan dalam laporan Human Rights Watch tentang penjaga perbatasan Saudi yang menembak orang Etiopia saat mereka melintasi perbatasan Saudi-Yaman tidak berdasar dan tidak didasarkan pada sumber yang dapat dipercaya," kata sumber pemerintah Saudi tanpa menyebut nama, seperti dikutip AFP, Selasa (22/8/2023).


Otoritas Saudi juga membantah keras tuduhan yang dibuat oleh pejabat PBB pada 2022 yang juga menyebut penjaga perbatasan negaranya secara sistematis membunuh para migran tahun lalu.


Dalam laporannya, Human Rights Watch mengatakan penjaga perbatasan di Arab Saudi telah menembakkan senapan mesin dan meluncurkan mortir ke arah warga Ethiopia yang mencoba menyeberang ke kerajaan dari Yaman dalam beberapa tahun terakhir.


Human Rights Watch menyebut kemungkinan ribuan migran tak bersenjata telah terbunuh dalam insiden itu. Mereka juga melaporkan terkait adanya mayat dan situs pemakaman di rute migran.


Secara rinci, Human Rights Watch mengatakan telah berbicara dengan 38 migran Ethiopia yang berusaha melintasi perbatasan antara Maret 2022 dan Juni 2023. Mereka mengatakan mereka melihat penjaga Saudi menembak migran atau meluncurkan bahan peledak ke kelompok.


Laporan itu juga menganalisis lebih dari 350 video dan foto yang diposting ke media sosial atau dikumpulkan dari sumber lain yang direkam antara 12 Mei 2021 dan 18 Juli 2023. Laporan juga memeriksa beberapa ratus kilometer persegi citra satelit yang diambil antara Februari 2022 dan Juli 2023.


"Ini menunjukkan para imigran yang tewas dan terluka di jalan setapak, di kamp dan di fasilitas medis, bagaimana situs pemakaman di dekat kamp migran bertambah besar, perluasan infrastruktur keamanan perbatasan Arab Saudi, dan rute yang saat ini digunakan oleh para migran untuk mencoba melintasi perbatasan," tulis laporan itu dikutip Associated Press.


Sementara itu, imigran dari Ethiopia mendapati diri mereka ditahan, disiksa, dan bahkan dibunuh di Arab Saudi dan Yaman selama perang. Namun dalam beberapa bulan terakhir, ada kekhawatiran yang berkembang dari badan hak asasi manusia PBB tentang pasukan Saudi yang menyerang migran yang datang dari Yaman.


Sebuah surat tertanggal 3 Oktober 2022 dari PBB kepada Saudi mengatakan para penyelidiknya menerima laporan dugaan penembakan artileri lintas batas dan tembakan senjata ringan oleh pasukan keamanan Saudi yang menyebabkan kematian hingga 430 orang dan melukai 650 migran.


"Kalau imigran tertangkap, kabarnya mereka sering disiksa dengan cara dibariskan dan ditembak di bagian samping kaki untuk melihat seberapa jauh pelurunya atau ditanya apakah lebih suka ditembak di tangan atau di kaki," ujar lembaga tersebut.


Sekitar 750.000 warga Ethiopia tinggal di Arab Saudi, dengan sebanyak 450.000 kemungkinan memasuki kerajaan tanpa izin. Perang saudara dua tahun di wilayah Tigray utara Ethiopia membuat puluhan ribu orang mengungsi. [SB]



×