Rusia memberi peringatan ke Jepang. Negeri itu bahkan mengecam tetangganya tersebut.
Hal ini akibat keputusan Jepang untuk mengirim rudal anti-pesawat Patriot PAC-3 ke Amerika Serikat (AS). Negeri yang dipimpin Vladimir Putin memperingatkan bahwa tindakan tersebut akan berdampak negatif pada hubungan antara Moskow dan Tokyo.
Berbicara dalam konferensi pers rutin di Moskow, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan tindakan Jepang pasti akan merusak stabilitas regional dan global. Apalagi jika amunisi tersebut sampai di Ukraina.
"Pemerintahan (PM Jepang Fumio Kishida) sekali lagi menegaskan arah mereka menuju penghapusan secara konsisten ketentuan-ketentuan pasifis dalam konstitusi negara pasca-perang," kata Zakharova, seperti dikutip RT, Kamis (28/12/2023).
"Ditambah dengan percepatan remiliterisasi Jepang, hal ini akan menimbulkan konsekuensi negatif yang nyata bagi keamanan global dan regional," tambahnya.
Selain melanggar prinsip-prinsip negara yang tertuang dalam konstitusi negaranya, Zakharova menyebut Jepang telah kehilangan kendali atas persenjataannya. Di mana AS kini memindahkan senjata-senjata tersebut sesuai keinginannya.
Menurutnya jika rudal PAC-3 Jepang akhirnya dikirim ke Ukraina, perkembangan tersebut akan berdampak besar pada hubungan antara Rusia dan Jepang. Itu sama saja Jepang mengobarkan "perang" dengan Rusia.
"Jika rudal Jepang jatuh ke tangan Angkatan Bersenjata Ukraina, tindakan tersebut akan dianggap sebagai permusuhan terhadap Rusia dan akan menimbulkan konsekuensi paling serius bagi Jepang," tegas Zakharova.
Sebelumnya, Jepang setuju untuk memasok rudal PAC-3, yang diproduksi di bawah lisensi AS, ke Washington pekan lalu setelah mengakhiri larangan ekspor militer yang diberlakukan berdasarkan konstitusi pasifis negara itu pada tahun 1947. Tokyo kini dapat mengekspor senjata buatan Jepang dengan lisensi izin asing kepada negara pemberi lisensi.
"Dalam mengambil tindakan ini, kami berharap dapat berkontribusi untuk mempertahankan tatanan internasional yang bebas dan terbuka berdasarkan supremasi hukum, dan untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik," kata Kishida setelah Kabinet Jepang setuju untuk membatalkan perjanjian tersebut. larangan ekspor.
"Tidak ada perubahan pada prinsip kita sebagai negara pasifik," tambah Kishida bersikeras.
Revisi kebijakan ekspor senjata yang dilakukan Tokyo terjadi di tengah berlanjutnya pembangunan militer di Jepang, yang diluncurkan oleh Kishida tahun lalu. Rencana pembangunan lima tahun ini dapat menjadikan Jepang sebagai negara pembelanja pertahanan terbesar ketiga di dunia, setelah AS dan China.
Pada hari yang sama ketika keputusan ekspor PAC-3 dikeluarkan, pemerintah Jepang menyetujui kenaikan belanja militer sebesar 16%. Namun pengesahan aturan itu masih menunggu persetujuan dari parlemen negara tersebut.