Prabowo Subianto mendapat sorotan media asing karena perubahan branding yang ia lakukan dalam kontestasi Pilpres 2024.
Perubahan branding Prabowo dibahas oleh media The Guardian melalui artikel 'From torture allegations to 'harmless grandpa': the rebranding of Indonesia's Prabowo' yang dirilis beberapa saat lalu.
"Dia adalah mantan jenderal yang dipecat dari militer di tengah tuduhan terlibat dalam penculikan dan penyiksaan. Namun saat ini, Prabowo Subianto, kandidat terdepan dalam pemilu mendatang, menampilkan citra yang sangat berbeda: seorang kakek yang lucu dengan gerakan tarian yang canggung dan sisi yang lebih lembut," demikian tulis laporan The Guardian.
Saat kampanye, Prabowo sempat menggoyangkan pinggulnya dan melambaikan tangannya. Gerakan ini kemudian terekam dalam video viral di media sosial, di mana para pengguna memanggilnya sebagai "gemoy" atau lucu.
Pada acara debat ketiga beberapa waktu yang lalu, Prabowo juga bergaya gemoy, di mana ia bertolak pinggang sambil menatap kedua moderator yang melarangnya menginterupsi waktu berbicara capres nomor urut 1 Anies Baswedan
The Guardian menyebut ini merupakan perubahan yang cukup besar bagi Prabowo, mantan menantu Soeharto, yang dituduh terlibat dalam penculikan dan penyiksaan terhadap aktivis pro-demokrasi pada akhir tahun 1990-an, serta pelanggaran hak asasi manusia di Papua dan Timor Timur.
"Prabowo dilarang bepergian ke AS, meskipun larangan ini dibatalkan setelah ia menjadi Menteri Pertahanan pada 2019. Ia selalu membantah melakukan kesalahan dan tidak pernah didakwa sehubungan dengan tuduhan tersebut," kata media yang bermarkas di Inggris tersebut.
Terlepas dari masa lalunya yang kontroversial, Prabowo disebut memimpin dalam survei pemilu menjelang pemilu tahun depan di Indonesia. Jajak pendapat Indikator belum lama ini menunjukkan bahwa Prabowo berhasil meraih dukungan dari pemilih muda.
Prabowo mencalonkan diri bersama calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka, putra tertua presiden saat ini Joko Widodo (Jokowi).
Meskipun ada kontroversi mengenai kemitraan mereka, kekhawatiran mengenai pembentukan dinasti tampaknya tidak mengurangi kinerja mereka dalam pemilu. [SB]