Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Laut Merah Makin Menyala,Milisi Irak Gabung Houthi Yaman: Adang Hingga Pelabuhan Israel Mati Total

Januari 25, 2024 Last Updated 2024-01-25T02:20:10Z

 

Opsi agresi militer yang dilakukan Amerika Serikat dengan maksud menghentikan pergerakan para milisi perlawanan Irak dan Yaman, justru membuat eskalasi peperangan makin tinggi.


Bak api yang membakar bensin, nyala peperangan kini menjalar ke Laut Merah saat koalisi milisi perlawanan Irak berjanji akan membuat pelabuhan-pelabuhan Israel 'tidak berfungsi' sampai pengepungan terhadap Gaza dicabut.


Sekretaris Jenderal Brigade Sayyid al-Shuhada, Abu Ala al-Walaei, mengumumkan pada dini hari tanggal 24 Januari dimulainya fase kedua operasi pro-Palestina Perlawanan Islam di Irak (IRI), termasuk penerapan blokade laut tentang Israel di Laut Mediterania.


Langkah ini menunjukkan kalau Satgas Laut Pimpinan AS di Laut Merah kini tidak hanya menghadapi kelompok Ansarallah (Houthi) Yaman, tetapi juga koalisi milisi perlawanan Irak.


“Pada saat pendudukan kriminal AS kembali secara terang-terangan menargetkan pasukan keamanan kami… kami mendesak Mujahidin Perlawanan Islam di Irak untuk memulai tahap kedua operasi mereka, yang mencakup pemberlakuan blokade terhadap navigasi maritim Zionis di Laut Mediterania dan membuat pelabuhan entitas tidak dapat digunakan,” kata Walaei melalui media sosial.


Pemimpin Brigade Sayyid al-Shuhada, sebuah faksi dalam kelompok milisi Unit Mobilisasi Populer (PMU), menekankan kalau operasi ini akan terus berlanjut sampai “pengepungan yang tidak adil terhadap Gaza dicabut dan pembantaian mengerikan yang dilakukan Zionis terhadap rakyatnya dihentikan,”, dikutip dari pernyataan kelompok tersebut.


Pernyataan ini sebagai respons dari serangan AS beberapa jam sebelumnya.


Pesawat tempur AS melancarkan serangan udara baru yang menargetkan lokasi yang diduga merupakan lokasi Kataib Hizbullah yang berafiliasi dengan PMU di Al-Qaim di perbatasan Irak-Suriah dan di Jurf al-Nasr di selatan Bagdad, Rabu (24/1/2024).


Setidaknya satu orang tewas dilaporkan karena serangan AS di Al-Qaim tersebut.


Juru bicara Kataib Hizbullah, Jaafar al-Husseini, mengatakan sebagai tanggapan atas serangan tersebut:


“Perlawanan akan terus menghancurkan benteng musuh yang mendukung rakyat kami di Gaza sampai mesin pembunuh brutal yang didukung AS berhenti dan seluruh pengepungan dicabut. ”


Langgar Kedaulatan Irak


Penasihat Keamanan Nasional Irak Qassim Al-Araji mengecam AS karena sekali lagi “melanggar kedaulatan Irak” dengan menargetkan PMU.


“Menyerang markas besar [PMU] di Al-Qaim dan Jurf al-Nasr adalah sebuah serangan dan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Irak dan tidak membantu [meredakan ketegangan],” kata pejabat itu.


Dia menekankan kalau, “Alih-alih melakukan pengeboman dan menargetkan markas besar lembaga nasional Irak, pihak AS harus mengambil tindakan untuk menghentikan agresi terhadap Gaza."


Pemerintah Irak sebelumnya menuntut agar tentara AS menghormati kedaulatan dan keamanan negaranya, sebagaimana Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani menekankan bahwa PMU adalah “bagian integral” dari angkatan bersenjata negara tersebut.


Sebagai bagian dari operasi Poros Perlawanan untuk mendukung rakyat Palestina, IRI (the Islamic Resistance in Iraq) – sebuah kelompok payung faksi bersenjata yang mencakup anggota PMU – telah melakukan sekitar 150 serangan terhadap pangkalan AS di Irak dan Suriah selama beberapa bulan terakhir.


Serangan terbaru terjadi pada Selasa pagi, dengan serangan roket menghantam ladang minyak Conoco yang diduduki AS di timur laut Suriah untuk kedua kalinya dalam tiga hari. [SB]

×