Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kesediaannya segera mengunjungi Pyongyang. Kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA melaporkan pada Minggu, 21 Januari 2024, kesediaan itu disampaikan ketika Putin bertemu Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui di Rusia pekan lalu.
KCNA, mengutip kantor asisten menteri luar negeri Korea Utara menuliskan Putin juga berterima kasih kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un atas undangannya untuk berkunjung.
“Presiden Putin sekali lagi mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas undangan Presiden Kim Jong Un untuk mengunjungi Pyongyang pada waktu yang tepat dan menyatakan kesediaannya untuk mengunjungi DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) secepatnya,” demikian pernyataan kantor asisten menteri luar negeri Korea Utara.
Jika terwujud, maka kunjungan tersebut akan menjadi perjalanan pertama presiden Rusia itu ke Korea Utara dalam lebih dari dua dekade. Putin sempat mengunjungi Pyongyang setelah mengambil alih kekuasaan dari Boris Yeltsin pada 1999, yaitu pada Juli 2000 untuk bertemu dengan Kim Jong Il, ayah dari Kim Jong Un.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin, 15 Januari 2024, mengatakan Rusia berharap kunjungan Putin ke Korea Utara atas undangan Kim Jong Un ini, akan dilakukan “di masa mendatang”. Namun memang belum ada tanggal yang disepakati.
Laporan KCNA berbahasa Korea yang diterbitkan pada Minggu, 21 Januari 2024, menyatakan Putin bermaksud segera berkunjung ke Korea Utara, namun laporan KCNA berbahasa Inggris berikutnya menuliskan Putin bersedia melakukannya sesegera mungkin.
KCNA menulis, selama kunjungan Choe, Rusia berterima kasih kepada Korea Utara atas dukungan dan solidaritasnya dalam operasi militer di Ukraina. Keduanya juga menyatakan keprihatinan serius atas tindakan provokatif Amerika Serikat dan sekutunya terhadap hak kedaulatan Korea Utara, serta setuju untuk bekerja sama dalam menangani situasi regional.
Moskow dan Pyongyang dalam pertemuan tersebut pun mencapai persamaan pandangan dalam berbagai isu regional dan internasional termasuk perihal Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut (mencakup Jepang, Korea Selatan, Korea Utara dan Cina).
Keduanya sepakat hubungan kedua negara berfungsi sebagai benteng strategis yang kuat dan mesin penarik dalam mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional serta mendorong pembangunan multi-polarisasi.
Meningkatnya hubungan Kim Jong Un dan Putin dalam beberapa tahun terakhir telah membuat Washington dan sekutu-sekutunya waswas. Mereka mengutuk dugaan perdagangan senjata antara Rusia dan Korea Utara sebagai pelanggaran terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB.
Pejabat senior Amerika Serikat untuk Korea Utara, Jung Pak, mengomentari pengiriman senjata oleh Pyongyang ke Moskow untuk melawan Ukraina dan mengembangkan program nuklir dan rudal balistik. Berbicara pada pertemuan dengan utusan nuklir Korea Selatan, Korea dan Jepang di Seoul pada Kamis lalu, dia mengatakan hal tersebut memerlukan perhatian dan tindakan terkoordinasi. [SB]