Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Gaji Karyawan IT Bisa Terkikis Jika Tech Winter Startup Berlanjut di 2024

Januari 04, 2024 Last Updated 2024-01-04T01:27:57Z



Ekonom sekaligus Director of Digital Economy Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menjelaskan soal dampak jika tech winter perusahaan rintisan (startup) berlanjut di 2024. Tech winter adalah istilah untuk menggambarkan kondisi startup yang berguguran atau untuk menyebut penurunan minat dan investasi dalam sektor teknologi.


Dampak tech winter startup salah satunya bisa berpengaruh terhadap gaji karyawan di bidang IT. Menurut Nailul Huda, saat ini gaji karyawan di bidang IT sudah di atas rasionalisasi gaji di Indonesia. Bahkan, perbedanaannya cukup tinggi dengan profesi lainnya.


“Lama kelamaan bisa terkikis dengan dua cara. Gaji karyawan non-IT terdongkrak naik dan gaji karyawan IT terdorong turun,” ujar dia saat dihubungi pada Senin, 1 Januari 2023.


Ia menjelaskan dari sisi permintaan karyawan IT yang tinggi memang akan menaikkan gaji, tapi dalam jangka menengah akan kembali ke titik wajar. Apalagi ada strategi merger dan akuisisi akan menurunkan kebutuhan pekerja IT di satu perusahaan. “Strategi efisiensi menjadi hal yang lumrah,” tutur Nailul Huda.


Hal senada juga diungkap Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro. 


Menurut dia, dampak dari tech winter adalah efisiensi yang lazim dilakukan startup. Bentuknya ada berbagai macam seperti, mengurangi marketing, promo atau diskon, menunda ekspansi, mengurangi fitur, mengurangi gaji, dan mengurangi karyawan.


“Efisiensi bisa dilakukan semua jenis startup yang belum mencapai profitability dan sulit lakukan fundraising di saat tech winter ini,” ujar dia.


Sebelumnya, Eddi yang juga Steering Committee Indonesia Fintech Society atau ISFoc memprediksi tech winter masih akan terjadi pada 2024 ini. Menurut dia, ada berbagai hal yang bisa menyebabkan tech winter, di antaranya adalah gejolak ekonomi makro.


Selain itu, kata dia, penyebab lainnya adalah perang di sejumlah negara. Di mana dampaknya banyak negara mengurangi ekspor pangannya, hingga kenaikan suku bunga. Eddi menggarisbawahi faktor kenaikan suku bunga.


Menurut dia, kenaikan suku bunga menjadikan capital cost dan opportunity cost naik. Eddi menuturkan, di tengah kenaikan suku bunga, investor di luar negeri lebih suka menyimpan uangnya di bank. 


"Jadi untuk mereka melirik investasi di aset startup yang berpotensi memberikan return tapi lebih riskan, mereka pikir dua kali," tutur Eddi dalam Press Briefing Catatan Akhir Tahun secara virtual pada Jumat, 29 Desember 2023.

×