Daftar negara teraman yang bisa dijadikan tempat tinggal jika Perang Dunia III muncul suatu ketika akhirnya terungkap.
Ternyata dari beberapa daftar nama tersebut negara Indonesia termasuk dalam salah satu yang memiliki potensi tersebut.
Jika Perang Dunia III muncul, Indonesia rupanya bisa menjadi tempat perlindungan yang baik.
Apa alasannya?
Pecahnya perang di Timur Tengah dan Rusia yang melibatkan berbagai negara membuat kekhawatiran baru akan munculnya Perang Dunia III.
Dengan adanya ancaman perang nuklir yang terus-menerus dari Rusia , serangan rudal di Timur Tengah, dan meningkatnya pengaruh Tiongkok yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Banyak orang khawatir bahwa Perang Dunia Ketiga akan segera terjadi.
Hal ini memang tak bisa kita hindari, apalagi berbagai perang yang terjadi sekarang membuat banyak masyarakat mulai ketakutan.
Ada 13 negara yang ternyata masuk ke dalam negara paling aman.
Alih-alih mengangkat senjata, beberapa orang mungkin bertanya-tanya bagaimana mereka bisa melarikan diri ke negara-negara yang dianggap aman dari invasi, pemboman, dan dampak perang yang berkepanjangan.
Padahal Indonesia sendiri merupakan negara aman, yakinkah jika tetap memilih pindah dari negara ini?
Melansir dari TribunJatim.com , inilah daftar negara yang aman dari ancaman perang dunia 3.
Antartika
Benua ini terletak di titik paling selatan planet bumi, menjadikannya salah satu tempat teraman untuk bertahan hidup dari perang nuklir.
Ada jarak geografis yang sangat jauh antara Antartika dan negara-negara yang memiliki hulu ledak nuklir.
Dengan luas wilayah lebih dari 14 juta kilometer persegi, terdapat banyak ruang bagi orang untuk berlindung.
Namun sebagian orang mungkin menganggap iklim yang dingin dan membekukan ini tidak dapat ditoleransi.
Islandia
Negara ini secara konsisten menduduki puncak Indeks Perdamaian Global, yang berarti negara ini jarang terlibat dalam konflik internasional.
Negara ini mempunyai reputasi sebagai salah satu negara paling damai di dunia, dan secara geografis agak terpencil dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya.
Selandia Baru
Selandia Baru menduduki peringkat kedua dalam Indeks Perdamaian Global dan sering mengambil sikap netral terhadap konflik.
Negara ini juga memiliki daerah pegunungan sehingga memudahkan warganya untuk terlindungi.
Swiss
Negara ini paling mudah dikaitkan dengan netralitas politik, bahkan selama Perang Dunia Kedua.
Ia terlindungi dengan baik oleh medannya, geografinya yang terkurung daratan, dan berbagai tempat perlindungan nuklir.
Greenland
Greenland adalah pulau terbesar di dunia dan milik Denmark.
Negara ini terpencil secara geografis dan netral secara politik.
Populasi pulau ini yang saat ini berjumlah 56.000 jiwa membuat pulau ini tidak mungkin menjadi sasaran negara adidaya mana pun.
Indonesia
Indonesia sering mengambil sikap netral dalam isu-isu politik, dengan presiden pertama negara tersebut, Achmed Sukarno, menggambarkan kebijakan luar negeri mereka sebagai 'bebas dan aktif'.
Mereka bertindak independen dalam urusan internasional, dan menyatakan bahwa mereka paling peduli dengan perdamaian dunia.
Tuvalu
Tuvalu terletak di Samudra Pasifik, di tengah-tengah antara Hawaii dan Australia.
Hanya 11.000 orang yang tinggal di pulau ini, yang berarti infrastruktur lemah.
Negara ini juga mempunyai sumber daya alam yang terbatas, yang berarti negara ini akan menjadi sasaran yang tidak diinginkan oleh para agresor.
Argentina
Meskipun Argentina pernah terlibat dalam konflik, terutama selama Perang Falklands pada tahun 1982, negara ini merupakan salah satu tempat yang paling mungkin selamat dari bencana kelaparan.
Negara ini mempunyai hasil panen yang melimpah, termasuk gandum, yang berarti jika debu nuklir menghalangi sinar matahari, maka penduduk Argentina sudah mempunyai persediaan hasil panen.
Bhutan
Pada tahun 1971 Bhutan menyatakan dirinya netral terhadap konflik apa pun setelah bergabung dengan PBB.
Negara ini juga terkurung daratan dan dikelilingi oleh daerah pegunungan, sehingga memudahkan pertahanan negara.
Garis pantai negara ini sepanjang 4.000 mil membentang antara Moskow dan Madrid.
Daerah ini juga merupakan rumah bagi berbagai jenis tanaman dan sumber daya alam, sehingga memudahkan kelangsungan hidup.
Infrastruktur dan pembangunannya juga dianggap paling maju di Amerika Selatan.
Fiji
Negara kepulauan ini berjarak 2.700 mil dari negara terdekatnya, Australia.
Seiring dengan kurangnya strategi militer yang jelas dan pasukan yang hanya terdiri dari 6.000 tentara, Fiji menduduki peringkat tinggi dalam Indeks Perdamaian Global.
Sebagian besar pulau ini juga terdiri dari hutan lebat, mineral, dan tempat memancing.
Afrika Selatan
Afrika Selatan adalah rumah bagi berbagai sumber makanan, tanah subur, dan air tawar, sehingga memudahkan kelangsungan hidup.
Infrastruktur modern di negara ini juga dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup seiring dengan pengelolaan sumber daya tersebut.
Di sisi lain, siapa sangka, Indonesia ternyata juga pernah memicu adanya Perang Dunia III.
Indonesia memang tak pernah terlibat dengan Perang Dunia II.
Namun, sebuah catatan sejarah mengatakan bahwa Indonesia ternyata pernah nyaris dimulai dari Indonesia.
Hal ini terjadi pada saat pemerintahan Presiden Soekarno tepatnya, pasca Indonesia merdeka.
Jika Perang Dunia II telah membunuh ribuan orang dan menyebabkan malapetakan besar.
Perang Dunia III adalah sebuah skenario yang selalu menakutkan bagi umat manusia.
Bayangkan saja, jika negara-negara besar dengan senjata nuklir saling berperang, maka bumi bisa hancur dalam sekejap.
Beginilah awal mula Kisah perang Dunia III nyaris dimulai pasa masa Presiden Soekarno.
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1964/1965, Bung Karno menggelorakan semangat revolusioner bangsa Indonesia untuk menghadapi Malaysia yang dianggap sebagai boneka Inggris.
Konfrontasi ini dikenal dengan nama operasi Ganyang Malaysia.
Tujuannya adalah untuk membatalkan pembentukan Federasi Malaysia yang meliputi Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah.
Operasi Ganyang Malaysia dilakukan dengan cara melakukan infiltrasi militer dan gerilya ke wilayah Malaysia, terutama di Serawak.
Aksi ini tentu saja menimbulkan reaksi keras dari negara-negara persemakmuran Inggris yang menjadi sekutu Malaysia, seperti Australia, Inggris, Selandia Baru dan India.
Mereka menurunkan ribuan pasukan untuk membantu Malaysia melawan Indonesia.
Tidak hanya itu, Amerika Serikat (AS) juga turut campur tangan dalam konflik ini.
AS memiliki perjanjian keamanan dengan Australia dan khawatir dengan posisi Indonesia yang cenderung berkiblat ke Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet (Rusia) dan China.
Apalagi saat itu AS sedang berperang di Vietnam Selatan melawan komunis Vietnam Utara yang didukung oleh Rusia dan China.
Jika konfrontasi Indonesia-Malaysia berubah menjadi perang terbuka, maka bisa dipastikan bahwa Rusia dan China akan ikut membantu Indonesia sebagai sekutu ideologis.
Hal ini berarti bahwa Blok Timur dan Blok Barat akan saling berhadapan secara langsung di Asia Tenggara.
Perang Dingin yang selama ini hanya berlangsung secara tidak langsung bisa berubah menjadi Perang Dunia III.
Namun, untungnya hal itu tidak terjadi.
AS ternyata belum siap untuk menghadapi perang dunia ketiga dan berusaha menyelesaikan konfrontasi ini secara damai dengan melobi Bung Karno serta mengerahkan agen-agen CIA.
Di sisi lain, ada juga peran penting dari Letjen Soeharto dan Kolonel LB Moerdani yang diam-diam melancarkan operasi intelijen untuk mengakhiri konflik ini.
Pada tahun 1966, setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI yang menewaskan enam jenderal dan menyebabkan jatuhnya Bung Karno dari kekuasaan, operasi Ganyang Malaysia resmi dihentikan oleh pemerintahan baru di bawah Soeharto.
Konflik Indonesia-Malaysia pun berakhir secara damai tanpa memicu perang dunia ketiga.
Demikianlah kisah Bung Karno yang hampir membuat perang dunia ketiga dengan operasi Ganyang Malaysia.
Meskipun gagal dalam tujuannya, operasi ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat dan tidak takut menghadapi negara-negara besar demi membela kepentingan nasionalnya.